IHSG Longsor 2%, Kerja Keras 4 Bulan Terkikis Habis

Putra, CNBC Indonesia
12 May 2022 10:25
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,20% di level 6.802,33 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/5/2022).

Pada pukul 10:15 WIB IHSG lanjut longsor 2,01% dan keluar dari level psikologis 6.700 tepatnya i level 6.680,87 Pagi ini asing terpantau net sell Rp 138 miliar. Nilai transaksi di bursa tergolong ramai di angka Rp 6,6 triliun.

Dengan koreksi hari ini, apresiasi IHSG selama 4 bulan terakhir yang sempat membuat IHSG menembus level 7.300 kini sudah terkikis habis. Secara Year to Date kini IHSG hanya terapresiasi 1,53% saja. Hal ini mengingat IHSg sudah mencatatkan koreksi selama 4 hari beruntun. Di tanggal 9 Mei selepas libur lebaran ambruk sebesar 4,42%, tanggal 10 Mei terkoreksi 1,3%, tanggal 11 Mei turun tipis 0,05%, serta pada perdagangan hari ini.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS April melompat 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonomi dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret yang tercatat sebesar 8,5%.

Inflasi inti, yang mengecualikan harga energi dan makanan, melompat 6,2% atau lebih buruk dari ekspktasi sebesar 6%. Dalam basis bulanan, inflasi tercata sebesar 0,3% sedankan inflasi inti sebesar 0,6%.

Inflasi memang masih menjadi risiko utama ekonomi AS. Kenaikan inflasi yang mencapai level tertingginya dalam lebih dari 4 dekade terakhir diyakini berdampak ke semua elemen masyarakat.

Kenaikan inflasi yang sangat tinggi membuat The Fed yang sebelumnya royal tebar uang mendadak menjadi sangat agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.

Suku bunga acuan diramal bakal dinaikkan sampai lebih dari 5x tahun ini. Alhasil aset-aset yang tergolong dalam growth stock berguguran. Kekayaan para crazy rich pun menguap.

Kenaikan harga telah menjadi perhatian utama, terutama karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan dan memangkas neraca untuk mengatasi inflasi.

Menyusul rilis inflasi tersebut, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan di pasar-dengan kembali menguat melewati level psikologis 3%.

Hari ini akan ada rilis data ekonomi berupa penjualan ritel bulan Maret 2022. Sejak Oktober 2021, penjualan ritel di Indonesia sudah tumbuh positif secara tahunan.

Penurunan kasus Covid-19 dan perbaikan mobilitas publik di bulan Maret kemungkinan akan mendorong penjualan ritel tetap tumbuh positif. Konsensus memperkirakan penjualan ritel tumbuh 11,5%.

Namun sepertinya data positif penjualan ritel pun belum cukup kuat untuk mempengaruhi sentimen pasar yang didominasi oleh kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi. Investor pun harus siap dengan volatilitas tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular