IHSG, Nasibmu Kini, Anjlok 1% Tembus Level 6.700

Tri Putra, CNBC Indonesia
12 May 2022 09:07
Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI).  (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,20% di level 6.802,33 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/5/2022).

Sesaat setelah dibuka IHSG langsung longsor 1% dan keluar dari level psikologis 6.800 menuju 6.700. Pagi ini asing terpantau net sell Rp 28 miliar.

Semalam Wall Street kembali ditutup dengan koreksi. Indeks S&P 500 serta Dow Jones ambles masing-masing sebesar 1,65% dan 1,02%. Sementara itu Nasdaq Composite anjlok 3,18%.

Mayoritas bursa saham Asia juga bergerak di zona merah pagi ini. Indeks Hang Seng Hong Kong terpantau ambles 1,01% dan menjadi yang paling buruk di kawasan Asia awal-awal perdagangan ini.

Indeks Harga Konsumen (IHK) April melompat 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonomi dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret yang tercatat sebesar 8,5%.

Inflasi inti, yang mengecualikan harga energi dan makanan, melompat 6,2% atau lebih buruk dari ekspktasi sebesar 6%. Dalam basis bulanan, inflasi tercata sebesar 0,3% sedankan inflasi inti sebesar 0,6%.

Inflasi memang masih menjadi risiko utama ekonomi AS. Kenaikan inflasi yang mencapai level tertingginya dalam lebih dari 4 dekade terakhir diyakini berdampak ke semua elemen masyarakat.

Kenaikan inflasi yang sangat tinggi membuat The Fed yang sebelumnya royal tebar uang mendadak menjadi sangat agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.

Suku bunga acuan diramal bakal dinaikkan sampai lebih dari 5x tahun ini. Alhasil aset-aset yang tergolong dalam growth stock berguguran. Kekayaan para crazy rich pun menguap.

Kenaikan harga telah menjadi perhatian utama, terutama karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan dan memangkas neraca untuk mengatasi inflasi.

Menyusul rilis inflasi tersebut, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan di pasar-dengan kembali menguat melewati level psikologis 3%.

Hari ini akan ada rilis data ekonomi berupa penjualan ritel bulan Maret 2022. Sejak Oktober 2021, penjualan ritel di Indonesia sudah tumbuh positif secara tahunan.

Penurunan kasus Covid-19 dan perbaikan mobilitas publik di bulan Maret kemungkinan akan mendorong penjualan ritel tetap tumbuh positif. Konsensus memperkirakan penjualan ritel tumbuh 11,5%.

Namun sepertinya data positif penjualan ritel pun belum cukup kuat untuk mempengaruhi sentimen pasar yang didominasi oleh kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi. Investor pun harus siap dengan volatilitas tinggi.


(trp/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular