Top Gainers-Losers

Jajaran Gainers & Loosers, Bank Digital Boncos

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 May 2022 07:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Sementara dari jajaran top losers pada perdagangan kemarin, ada beberapa saham emiten bank digital yang masuk. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Rabu kemarin.

Saham Top Losers

Setidaknya ada dua saham emiten bank digital yang masuk ke jajaran top losers kemarin. Adapun kedua saham tersebut yakni saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Saham ARTO kembali ditutup ambruk 6,93% ke level harga Rp 9.400/saham pada perdagangan kemarin. Dengan ini, saham ARTO pun terkena batas auto rejection bawah (ARB) selama tiga hari beruntun. Bahkan, saham ARTO sudah berada di jajaran top losers dalam tiga hari terakhir.

Dalam sepekan terakhir, saham ARTO ambles hingga 24,19% dan sepanjang tahun ini harga sahamnya ambruk hingga 41,25%.

Nilai transaksi saham ARTO kemarin mencapai Rp 58,8 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 6,25 juta lembar saham. Investor asing melepas saham ARTO sebesar Rp 31,22 miliar di pasar reguler.

Sementara itu, jika dilihat dari harga penutupan tertinggi enam bulan terakhir, saham ARTO telah kehilangan setengah dari kapitalisasi pasarnya. Adapun kapitalisasi pasar ARTO saat ini mencapai Rp 130 triliun. Bahkan kini saham ARTO terdepak dari jajaran 10 besar kapitalisasi pasar terbesar BEI.

Pelemahan ini salah satunya dipicu oleh kinerja keuangan perusahaan, yang meski membaik dari periode yang saham tahun sebelumnya, tetapi masih jauh di bawah ekspektasi dari para analis.

Dalam tiga bulan pertama tahun ini, ARTO melaporkan raihan laba bersih Rp 19 miliar atau membalikkan kondisi setahun sebelumnya, ketika perusahaan masih mencatat kerugian Rp 38 miliar.

Meskipun terlihat cemerlang, laba tersebut ternyata turun signifikan (-84%) dari kuartal sebelumnya akhir tahun lalu.

Secara top-line, kinerja ARTO sebenarnya sejalan dengan perkiraan karena pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tumbuh sebesar 844% (year-on-year/YoY) dan 16% (quarter-on-quarter/QoQ). Hanya saja, di waktu yang bersamaan biaya operasi perseroan juga ikut meningkat drastis yang sebagian besar dapat diatrubusikan akibat besarnya biaya pemasaran dan promosi.

Hal tersebut akhirnya membuat rasio biaya terhadap laba (cost to income ratio/CIR) memburuk menjadi 74% di kuartal pertama tahun 2022 dibanding 68% pada kuartal keempat tahun 2021. Meskipun demikian, manajemen masih memperkirakan CIR ke depan akan berfluktuasi mengingat perusahaan masih dalam tahap investasi.

Selain ARTO, adapula saham bank digital lainnya yang berkapitalisasi pasar lebih kecil dari saham ARTO, yakni saham BBYB, di mana harga sahamnya ditutup ambles 6,87% ke posisi harga Rp 1.355/saham. Saham BBYB juga terkena ARB kemarin.

Nilai transaksi saham BBYB kemarin mencapai Rp 180,77 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 132,09 juta lembar saham. Tak seperti ARTO, asing mengoleksi saham BBYB sebesar Rp 8,52 miliar di pasar reguler kemarin.

Ambruknya saham BBYB terjadi setelah merilis kinerja keuangannya pada kuartal I-2022 yang dirilis pada Senin awal pekan ini, meski perseroan berhasil menekan rugi bersihnya.

Pada kuartal I-2022, BBYB mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 417 miliar, turun signifikan sekitar 58% dari sebelumnya pada tahun 2021 sebesar Rp 986 miliar.

Perbaikan kinerja sejalan dengan peningkatan jumlah nasabah BBYB. Dalam kurun satu tahun sejak aplikasi neobank milik perseroan diluncurkan, BBYB telah mendapatkan lebih dari 16 juta pengguna yang teregistrasi dengan monthly active user 3 juta perbulan (MAU).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular