
Elon Musk Bilang Harga Nikel Mahal, Pantasnya Berapa?

Roda waktu terus berjalan. Dunia tak bisa menunggu Indonesia untuk menyelamatkan iklimnya. Produksi EV terus digenjot sejalan dengan minat tinggi yang tercermin dari jumlah penjualan yang berlipat tiap tahunnya.
Pada 2021 penjualan kendaraan listrik ditaksir mencapai 6,36 juta unit, mengutip laporan Rho Motion. Jumlah tersebut melonjak 105% dibanding penjualan tahun 2020 sebesar 3,10 juta unit.
Pada tahun 2022, penjualan EV diperkirakan akan menyentuh 10 juta unit. Melonjak 3,64 juta unit atau 36% dibandingkan tahun 2021.
![]() |
Minat EV yang besar, otomatis mendorong permintaan nikel sebagai bahan baku utama terbesar nikel. Sayangnya ada kendala pasokan yang harus dialami bikin Elon Musk dan produsen kendaraan listrik pusing tujuh keliling.
Rusia, Kaledonia Baru dan Kanada adalah produsen utama bijih sulfida untuk produksi nikel kelas 1. Dengan Jepang, Kanada, Rusia, dan Australia sebagai pemasok utama logam yang dihasilkan dari bijih tersebut. Namun pengiriman material baru dari peningkatan produksi di negara-negara ini diperkirakan masih 18-24 bulan lagi.
Ditambah ketidakpastian pasokan dari Rusia, produsen hampir 20 persen pasokan nikel kelas 1 global. Saat ini memang nikel Rusia masih belum dilarang untuk diperdagangkan di bursa logam acuan di London (LME). Namun, larangan perdagangan untuk beberapa logam Rusia seperti timah membuka peluang larangan untuk nikel.
Kekurangan nikel telah menyebabkan penarikan stok di gudang yang dipantau oleh LME. Per 10 Mei 2022, stok nikel di gudang LME tercatat 73.122 ton. Jumlah ini telah turun 72,37% dari puncak persediaan terakhir pada bulan April lalu.
Yang lebih penting adalah stok briket kantong yang mudah dihancurkan menjadi partikel kecil dan dilarutkan dalam asam sulfat untuk membuat nikel sulfat untuk baterai. Persediaannya sebesar 65.676 ton turun 67% sejak April lalu.
(ras/ras)
