Simak Kabar Pasar Sebelum Memulai Perdagangan Hari Ini

Jadi! Pertamina Geothermal Bakal Melantai di Bursa Tahun Ini
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan anak usaha Pertamina yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk melantai ke bursa saham (Initial Public Offering/ IPO) pada tahun 2022 ini.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah mengupayakan agar IPO PGE pada tahun ini dapat direalisasikan. Namun demikian, ia tak merinci secara detail kapan rencana tersebut dilakukan.
"Kalau Geothermal itu kita akan lakukan saat ini adalah berencana untuk bisa melakukan IPO. Rencananya akan dilakukan pada tahun ini dan setelahnya melihat ulang untuk membentuk holding," kata Pahala saat ditemui di Jakarta, Senin malam (9/5/2022).
Menurut Pahala, penawaran saham ke publik ini ditujukan guna meningkatkan transparansi kinerja PGE ke dapan. Selain itu, juga untuk tambahan investasi sembari melakukan pencairan mitra strategis yang ingin masuk dalam transaksi IPO.
Sebelumnya, Pahala menyebut target dana yang terkumpul dari IPO ini bisa mencapai US$ 400 juta hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$).
Menurutnya rencana IPO ini guna mengembangkan bisnis panas bumi, khususnya Pertamina dan Indonesia secara umum. Seperti diketahui, sumber daya panas bumi Indonesia merupakan terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.
Hingga akhir 2020, Amerika Serikat menduduki peringkat nomor wahid untuk sumber daya panas bumi yakni mencapai 30.000 Mega Watt (MW). Sementara Indonesia memiliki sumber daya panas bumi 23.965 MW.
Namun sayangnya, pemanfaatan panas bumi yang dikelola menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia baru sebesar 2.130,7 Mega Watt (MW) hingga akhir 2020 atau baru sebesar 8,9% dari total sumber daya panas bumi yang ada di Tanah Air.
Gandeng China Bangun Smelter, Vale Jadi Pemegang Minoritas
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akhirnya menggandeng mitra baru asal China yaitu Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou) untuk membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Rencana kerja sama dengan mitra asal China ini diungkapkan Vale setelah adanya pengumuman resmi dari Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) yang menyatakan keluar dari proyek nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa pada 25 April 2022 lalu.
Kendati demikian, yang bertindak sebagai pemimpin proyek smelter HPAL ini kini bukanlah berada di tangan Vale, melainkan di tangan mitra asal China, Huayou.
Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy sempat mengungkapkan bahwa dalam kerangka perjanjian kerja sama (Framework Cooperation Agreement/ FCA) yang dilakukan antara Vale Indonesia dan Huayou pada Rabu, 27 April 2022 lalu, kedua belah pihak telah menyepakati hal-hal pokok yang terkait dengan proyek smelter HPAL di Pomalaa ini, salah satunya yaitu Huayou akan membangun dan melaksanakan proyek HPAL Pomalaa, dan PT Vale akan memiliki hak untuk mengakuisisi hingga 30% saham Proyek HPAL Pomalaa tersebut.
(RCI/dhf)[Gambas:Video CNBC]