Ketika Saham Unilever Sepenuhnya 'Defensif'

Tim Riset, CNBC Indonesia
10 May 2022 11:15
Unilever
Foto: Unilever (AP/Tatan Syuflana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kala IHSG jeblok lebih dari 4% pada perdagangan perdana setelah libur panjang Senin (9/5) kemarin, satu emiten big cap ternyata mampu menghindari koreksi. Siapa sangka saham yang mampu lolos dari tekanan adalah Unilever Indonesia (UNVR), yang dalam setahun kapitalisasinya tertekan sepertiga dan oleh satu penasihat keuangan disarankan untuk hengkang dari bursa dan kembali menjadi perusahaan tertutup (go private).

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam 4,4% dan ditutup di level 6.909,75. Koreksi yang terjadi merupakan penurunan terbesar sejak 16 Maret 2020 saat awal-awal Covid-19 merebak.

Senada, Indeks LQ45 yang merupakan keranjang saham blue chip paling likuid juga tertekan 5,48% pada perdagangan kemarin. Akan tetapi Unilever menjadi satu dari dua saham LQ45 mampu menghindari koreksi pada perdagangan kemarin dan menguat tipis 3,08% ke level Rp 4.010/saham. Dalam sebulan terakhir saham ini juga mampu naik lebih dari 10%.

Pada perdagangan Selasa (10/5) pagi saham UNVR kembali tercatat naik nyaris 5%, di tengah aksi jual yang kembali dirasakan emiten big cap lainnya.

Naiknya harga saham UNVR kemarin salah satunya didorong oleh asing yang malah memborong saham tersebut, yang mana pada pasar keseluruhan saham lain malah dilego. Aksi beli bersih asing di saham UNVR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 94,3 miliar, tertinggi dari emiten lain. Sedangkan kurang dari satu jam perdagangan pagi ini, asing tercatat telah mengoleksi saham UNVR nyaris Rp 75 miliar.

Selain itu, pergerakan saham UNVR yang kian membaik juga ditopang oleh kinerja keuangan perusahaan juga ikut positif. Pada kuartal pertama tahun ini UNVR mencatat kenaikan laba bersih perusahaan sebesar 19% menjadi Rp 2,02 triliun. Sedangkan dari sisi penjualan juga tumbuh 5,40% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 10,8 triliun.

Kendati demikian, perusahaan penasihat investasi yang secara terang-terangan menyarankan UNVR untuk go private, Nilzon Capital, menyebut bahwa pertumbuhan tersebut masih di bawah kinerja sister company di negara lain.

John Octavianus selaku Principal Advisor Nilzon Capital menyebut, kinerja UNVR masih tertinggal jauh di belakang sister companies-nya di berbagai negara.

"UNVR juga tertinggal dibandingkan semua regional Grup Unilever kecuali Eropa dan tertinggal dari perusahaan induknya sendiri, Unilever PLC," tutur John.

Kendati mampu menguat dalam sebulan, dalam setahun terakhir saham UNVR masih tertekan dalam dan masih berada dalam tren penurunan harga sejak tahun 2017.

Berdasarkan data kinerja di lantai bursa, saham UNVR tercatat terus dalam tren penurunan. Sejak menyentuh level tertinggi di Rp 11.180/saham pada 29 Desember 2017, saham UNVR sudah 'terjun' 64% atau kehilangan nyaris dua pertiga kapitalisasi pasarnya.

Anjloknya harga saham UNVR terjadi seiring kinerja keuangan yang juga merosot. Ditambah lagi, sebuah analisis menunjukkan, relevansi produk UNVR semakin menyusut.

Sepanjang tahun 2021 lalu, laba bersih UNVR anjlok 19,6% secara tahunan menjadi Rp 5,76 triliun dari sebelumnya Rp 7,16 triliun. Dengan ini, laba bersih anak usaha Unilever PLC ini sudah mengalami penurunan selama 3 hari beruntun.

Sementara, penjualan bersih perusahaan juga turun 7,97% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 39,5 triliun.

Manajemen UNVR pun mengaku, menurunnya penjualan bersih UNVR sepanjang tahun lalu sebagian disebabkan oleh kebijakan pengetatan mobilitas akibat pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi daya beli konsumen terutama pada segmen pasar di mana UNVR beroperasi.

Selain itu, kata pihak UNVR, berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku, beberapa di antaranya crude-oil (minyak mentah), palm-oil (CPO) juga mengalami lonjakan harga yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2020.

Dalam laporannya, Nilzon Capital yang rajin memberikan kritik terhadap Unilever memberikan gambaran terkait turunnya relevansi produk perusahaan.

Dalam analisisnya, Nilzon Capital memberikan posisi yang berbeda dengan pemahaman para pelaku pasar saham Tanah Air.

Nilzon Capital bilang, tidak seperti yang dikira para investor kebanyakan, saat ini UNVR ternyata bukanlah "perusahaan consumer goods yang dapat mempertahankan nilainya dan memiliki kinerja sejalan dengan perekonomian pada umumnya".

Dengan kata lain, Nizon memberikan sinyal bahwa UNVR bukan lagi merupakan saham defensif seperti yang diyakini banyak investor.

Menanggapi kritikan tersebut, akhir Februari lalu pihak UNVR buka suara dan menyampaikan kepada CNBC Indonesia bahwa mereka "sangat menghormati dan menghargai setiap pendapat, analisa, dan masukan terkait kinerja perseroan dari berbagai pemangku kepentingan."

Reski Damayanti yang menjabat sebagai direktur dan sekretaris perusahaan melanjutkan, bahwa perseroan senantiasa mengupayakan bahwa setiap aksi dan keputusan bisnis diambil secara profesional dan mengutamakan kepentingan publik dan pemangku kepentingan yang lebih luas, termasuk para investor.

Dirinya juga menambahkan bahwa perseroan optimis bahwa seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, semakin besar juga peluang bagi Perseroan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular