
Top! Rupiah Menguat Tipis, Mampu Redam Amukan Dolar AS

Dari dalam negeri, data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022 dan inflasi bulan April bisa menjadi penggerak rupiah.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,05% (year-on-year/yoy). Namun jika dilihat dari kuartal IV-2021, PDB diperkirakan terkontraksi 0,92%.
Sementara itu pada April 2022, inflasi secara tahunan diperkirakan menembus 3,4%. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak April 2018 atau dalam empat tahun terakhir di mana pada saat itu tercatat 3,41%.
Sementara hasil polling Reuters menunjukkan inflasi inti akan tumbuh 2,61% (yoy) dari bulan Maret 2,37% (yoy).
Kenaikan inflasi inti tersebut bisa menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga. Dalam rapat kebijakan moneter April lalu, BI masih menyatakan bersabar untuk menaikkan suku bunga.
Gubernur BI Perry Warjiyo sekali lagi menegaskan kebijakan moneter tidak merespon administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah. Hal ini terkait dengan kenaikan beberapa harga, seperti Pertamax yang ditentukan pemerintah.
Kebijakan tersebut tentunya membuat selisih (spread) suku bunga di Indonesia dengan Amerika Serikat AS menyempit yang bisa memberikan tekanan ke rupiah.
Messki demikian, ada kabar baik bagi rupiah. Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's merevisi outlook atau prospek peringkat utang Indonesia dari negatif menjadi stabil, yaitu 'BBB/A-2'. Hal ini menyusul prospek ekonomi Indonesia yang semakin menjanjikan ke depan.
"Pada 27 April 2022, S&P Global Ratings merevisi prospek peringkat utang negara jangka panjang di Indonesia menjadi stabil dari negatif," tulis S&P dalam laporannya yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (27/4/2022).
Prospek yang stabil mencerminkan ekspektasi S&P bahwa pemulihan ekonomi Indonesia akan berlanjut selama dua tahun ke depan.
Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut setelah hantaman berat dari pandemi Covid-19. Kini penyebaran kasus semakin rendah seiring dengan tingginya tingkat vaksinasi. Mobilitas masyarakat akhirnya turut pulih secara perlahan.
S&P memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,1% pada 2022, dibandingkan 3,7% pada 2021.
Kemudian pada Rabu (4/5/2022), S&P Global merilis data aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI). Untuk periode April 2022, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 51,9. Lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Maret sebesar 51,3.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
Laju ekspansi manufaktur Indonesia lebih cepat pada bulan April ditopang oleh produksi dan permintaan baru yang bertumbuh akibat ekonomi yang membaik.
Jingyi Pan, Economics Associates Director S&P Global, menyebut tanda-tanda positif sektor manufaktur Indonesia karena perbaikan kondisi ekonomi terlihat dari kenaikan permintaan dan produksi yang lebih kuat.
Seiring dengan tingkat produksi yang bertumbuh, pembukaan lapangan kerja pun turut naik. Pada akhirnya mempengaruhi aktivitas pembelian karena meningkatnya daya beli.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
