Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun pada perdagangan pagi hari ini. Sepertinya investor mulai mencairkan keuntungan dari kontrak minyak, yang sebelumnya naik selama berhari-hari.
Pada Senin (9/5/2022) pukul 06:54 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 111,75/barel. Turun 0,57% dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 109,05/barel. Berkurang 0,66%.
Koreksi ini terjadi setelah harga minyak menjalani tren penguatan. Meski sekarang turun, tetapi harga brent dan light sweet masih membukukan kenaikan 4,42% dan 4,4% dalam seminggu terakhir secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 11,82% dan 14,44%.
Jadi tidak heran akan tiba waktunya investor untuk menarik cuan. Sebab keuntungan yang bisa didapat memang lumayan tinggi.
Halaman Selanjutnya --> Sanksi Eropa ke Rusia Bakal Lambungkan Harga Minyak
Namun, ke depan harga minyak kemungkinan besar bakal naik lagi usai koreksi teknikal ini. Persepsi terhadap pasokan yang terbatas akan mendongkrak harga si emas hitam.
Pasokan diperkirakan semakin ketat akibat rencana sanksi Uni Eropa terhadap Rusia. Sejak 24 Februari, Rusia melancarkan serangan ke Ukraina, sesuatu yang disebut Kremlin sebagai operasi khusus.
Akibat serangan itu, negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin tersebut dikenai berbagai sanksi dari negara-negara Barat. Amerika Serikat (AS) sudah 'mengharamkan' impor minyak dari Rusia, dan Uni Eropa kemungkinan bakal menempuh kebijakan serupa.
Uni Eropa akan secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap minyak dari Negeri Beruang Merah. Saat ini, negara-negara Benua Biru mengimpor sekitar 3,5 juta barel/hari minyak dari Rusia.
Namun tidak akan mudah menemukan pasokan minyak baru untuk menggantikan posisi Rusia. Pasokan yang ada sekarang akan semakin menjadi rebutan karena diincar lebih banyak negara. Maka tidak heran harga bergerak naik.
"Dalam waktu dekat, fundamental harga minyak masih bullish. Namun ini menjadi kekhawatiran karena bisa menyebabkan perlambatan ekonomi dunia," tegas Phil Flynn, Analis di Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters.
"Embargo terhadap minyak Rusia akan membuat kekurangan pasokan menjadi semakin akut. Jika OPEC tidak membantu, maka lonjakan harga energi akan membuat inflasi melambung," tambah Stephen Brennock, Analis PVM, juga dilansir oleh Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA