
Siap Trading Lagi! Baca 8 Kabar Pasar Buat Panduan Cuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai libur Hari Raya Idulfitri sejak 29 April 2022, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali buka pada hari ini, Senin (9/5/2022).
Terakhir pada 28 April 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,45% di level 7.228,91.
Simak sejumlah kabar pasar yang perlu dicermati yang dirangkum dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Senin (9/5/2022).
1. Ekonomi Mulai Pulih, BNI Sasar Sektor Turunan Komoditas
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menangkap peluang pengembangan bisnis ke area sektor downstream atau sektor turunan komoditas. Permintaan pada sektor-sektor turunan kini mulai meningkat seiring pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Corporate Secretary BNI Mucharom menyampaikan potensi pertumbuhan kredit tahun ini tergolong cukup tinggi. Selain itu, banyak sektor yang kembali membukukan peningkatan kinerja cukup baik sehingga mendorong kinerja, khususnya dari sektor turunan komoditas.
Hal ini pun sejalan dengan arahan dari pemerintah untuk melakukan hilirisasi, dengan begitu komoditas andalan Tanah Air dapat diekspor dengan nilai tambah lebih tinggi.
"Sektor downstream komoditas ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Kami melihat banyak pembangunan smelter akan sangat marak dan besar. Pemerintah mulai banyak melarang barang yang belum jadi sehingga semua proses pengolahan terjadi di dalam negeri. Kami berharap ini menjadi engine pertumbuhan segmen korporasi swasta kami," kata Mucharom dalam siaran resmi, Minggu
Mucharom mengutarakan, pertumbuhan kredit BNI tahun ini masih sesuai target awal tahun. Beberapa nasabah top tier sudah mulai menunjukkan perbaikan kinerja seperti infrastruktur, listrik dan gas, pergudangan dan digital.
Hal ini juga sejalan dengan penurunan restrukturisasi kredit sehingga membantu BNI untuk dapat melakukan ekspansi lebih berkualitas.
"Kami akan tetap dengan target awal kami di high single digit. Kami lihat potensi pertumbuhan tinggi sejak awal tahun ini, sehingga kami cukup percaya diri," ungkapnya.
Adapun, kredit di segmen Business Banking masih menjadi motor akselerasi bisnis kredit BNI. Pertumbuhan ini terutama pembiayaan ke segmen korporasi swasta yang tumbuh 9,9% yoy menjadi Rp 193,2 triliun.
Kemudian segmen large commercial tumbuh 24,5% yoy menjadi Rp 46,1 triliun, segmen UMKM juga tumbuh 11,8% yoy dengan nilai kredit Rp 98 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor business banking ini tumbuh 4,8% yoy menjadi Rp 489,3 triliun.
2. Ekonomi Bergairah, Kredit UKM BRI Tembus Rp21,3 T
Penyaluran kredit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI khususnya untuk segmen kecil dan menengah mengalami pertumbuhan positif pada kuartal I/2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI, Amam Sukriyanto memaparkan bahwa pada triwulan I/2022 perseroan sudah berhasil menyalurkan kredit di segmen kecil dan menengah sebesar Rp21,3 triliun kepada 46.306 nasabah. Adapun pada kurun waktu yang sama pada 2021 nilainya mencapai Rp16,5 triliun dan disalurkan kepada 33.269 nasabah.
Menurutnya, capaian pada awal 2022 sudah menunjukan kembali ke masa sebelum pandemi Covid-19 melanda. Sedangkan pada kuartal I/2020, di mana pada tahun tersebut ekonomi benar-benar didera pandemi, penyaluran kredit di segmen serupa hanya sekitar Rp13,1 triliun dengan 23.581 nasabah.
"Ini, tentunya akan ber-impact bahwa perekonomian di daerah maupun kota itu akan kembali bergairah. Dan kita akan melihat bahwa ini pergerakannya akan lebih cepat lagi. Karena kita lihat, faktanya di lapangan, saat ini usaha kecil dan menengah sudah mulai bangkit. Jauh, bahkan lebih baik dibandingkan masa-masa awal pandemi kemarin," kata Amam dalam acara Money Talks CNBC Indonesia,
Perseroan pun semakin optimistis ekonomi kian bergairah lantaran mayoritas kredit diserap oleh sektor-sektor produktif. Selain itu, permintaan kredit meningkat tidak hanya di kota besar tapi juga di daerah-daerah.
Sektor-sektor yang berhubungan dengan kebutuhan pokok seperti perdagangan mendominasi penyaluran kredit BRI di segmen kecil dan menengah ini yang persentasenya mencapai 61%. Kemudian disusul sektor pertanian sampai dengan 12%.
Adapun sektor padat karya industri perumahan serapannya mencapai 7% dari total portofolio yang perseroan salurkan selama periode triwiulan I/2022.
Di sisi lain, daya tahan nasabah pinjaman di segmen kecil dan menengah menurutnya kian menguat pada tahun pemulihan ekonomi 2022. Dia menyebut puncak masa sulit akibat krisis ekonomi terjadi pada Desember 2020. Saat itu sekitar 47,38% portofolio kredit di segmen bisnis kecil dan menengah BRI harus direstrukturisasi.
"Angka ini juga sudah mulai turun, terus turun drastis, sekarang tinggal 36,19%. Nah ini juga menarik bahwa pada Triwulan I 2022 saja itu ada 7.000 lebih nasabah kami yang sudah kembali pulih usahanya. Dan kembali mereka menunjukkan kemampuan membayar kredit yang telah menjadi kewajiban mereka, sesuai dengan bunga yang kita miliki," tuturnya.
Menurut Amam, capaian positif tersebut tak terlepas dari peran pemerintah yang langkah strategisnya tepat dalam menghadapi pandemi. Seperti stimulus ekonomi pemerintah terhadap pelaku UMKM melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga kebijakan relaksasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memberikan keringanan bagi industri keuangan dan perbankan di masa pandemi.
3. Jadi CEO Sementara Twitter, Elon Musk Amankan Dana Investor
Elon Musk disebut akan menjadi CEO sementara Twitter setelah mencaplok perusahaan media sosial tersebut senilai US$ 44 miliar (sekitar Rp 634 triliun). Meski begitu CEO Twitter saat ini, Parag Agrawal, akan tetap menjalankan perannya sampai proses penjualan perusahaan ke Musk selesai.
Menurut laporan Reuters, pada Kamis (4/5) lalu, Musk juga mendaftarkan sejumlah nama investor terkenal yang siap menyediakan dana sebesar US$7,14 miliar untuk membeli Twitter, termasuk salah satu pendiri Oracle, Larry Ellison dan Sequoia Capital.
Larry Ellison, anggota dewan di Tesla dan teman dekat Musk, telah berkomitmen memberikan US$ 1 miliar untuk pendanaan tersebut.
Selain Larry Ellison, investor Arab Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal, mengatakan Musk akan menjadi 'pemimpin yang sangat baik' untuk Twitter. Talal juga setuju untuk menyerahkan dana sebesar US$ 1,89 miliar sahamnya ke dalam kesepakatan investasi.
"Senang bisa terhubung dengan Anda teman 'baru' saya @elonmusk ... Kingdom Holding Company dan saya berharap untuk menyerahkan ~$1,9 miliar kami di Twitter 'baru'," ujar Alwaleed dalam tweet-nya, dikutip dari Reuters, Jumat (6/5/2022).
Elon Musk disebut akan menjadi CEO sementara Twitter setelah mencaplok perusahaan media sosial tersebut senilai US$ 44 miliar (sekitar Rp 634 triliun). Meski begitu CEO Twitter saat ini, Parag Agrawal, akan tetap menjalankan perannya sampai proses penjualan perusahaan ke Musk selesai.
Menurut laporan Reuters, pada Kamis (4/5) lalu, Musk juga mendaftarkan sejumlah nama investor terkenal yang siap menyediakan dana sebesar US$7,14 miliar untuk membeli Twitter, termasuk salah satu pendiri Oracle, Larry Ellison dan Sequoia Capital.
Larry Ellison, anggota dewan di Tesla dan teman dekat Musk, telah berkomitmen memberikan US$ 1 miliar untuk pendanaan tersebut.
Selain Larry Ellison, investor Arab Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal, mengatakan Musk akan menjadi 'pemimpin yang sangat baik' untuk Twitter. Talal juga setuju untuk menyerahkan dana sebesar US$ 1,89 miliar sahamnya ke dalam kesepakatan investasi.
"Senang bisa terhubung dengan Anda teman 'baru' saya @elonmusk ... Kingdom Holding Company dan saya berharap untuk menyerahkan ~$1,9 miliar kami di Twitter 'baru'," ujar Alwaleed dalam tweet-nya, dikutip dari Reuters, Jumat (6/5/2022).
4. Setahun Lebih Didirikan Jokowi Begini Kinerja Investasi SWF
Indonesia resmi memiliki Sovereign Wealth Fund (SWF) sejak pertengahan Desember 2020. Lembaga yang dinamai Indonesia Investment Authority (INA) tersebut resmi didirikan pada 15 Desember 2020.
Sudah lebih dari 1 tahun beroperasi, bagaimana kinerja investasi dan keuangan dari INA? Simak ulasan berikut!
Mengacu pada laporan keuangan auditan lembaga investasi pada akhir tahun 2021, INA memiliki total aset senilai Rp 79,22 triliun.
Sebesar Rp 63,6 triliun atau 80% dari total aset INA ditempatkan di obligasi pemerintah (Rp 14,8 triliun) dan efek bersifat ekuitas (Rp 48,8 triliun).
Jumlah aset tersebut hampir setara dengan modal (ekuitas) INA yang mencapai Rp 79,1 triliun. Modal INA diperoleh dari setoran pemerintah berupa setoran tunai dan saham senilai Rp 75 triliun.
Mengacu pada laporan keuangan auditan, INA telah memperoleh setoran modal dari pemerintah senilai Rp 15 triliun pada Februari 2021.
Kemudian per November 2021, pemerintah menambah setoran modal senilai Rp 15 triliun. Sisanya sebesar Rp 45 triliun didapat dari pengalihan saham seri B bank pelat merah yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Dengan transfer kepemilikan saham dari pemerintah ke INA tersebut, kini lembaga pengelola invetasi negara tersebut telah mengempit 8% saham BMRI dengan nilai perolehan Rp 22,7 triliun dan 3,73% saham BBRI dengan nilai Rp 22,3 triliun.
Hingga akhir Desember 2021, INA mencatatkan pendapatan senilai Rp 580,4 miliar. Pendapatan ini diperoleh dari pembayaran kupon obligasi pemerintah maupun bunga obligasi senilai Rp 554,7 miliar.
Sementara itu keuntungan dari perubahan nilai wajar aset keuangan baik ekuitas maupun pendapatan tetap hingga pasar uang mencapai Rp 112,6 miliar. Pajak yang ditanggung INA tercatat sebesar Rp 88,3 miliar.
Selanjutnya, beban investasi INA yang digunakan untuk studi kelayakan, uji kelayakan, pembentukan platform hingga kustodian mencapai Rp 44,6 miliar.
Beban operasional INA tercatat mencapai Rp 276,5 miliar dan beban keuangan yang datang dari amortisasi premi obligasi serta amortisasi liabilitas sewa mencapai Rp 26,3 miliar.
Setelah dikurangi dengan kerugian selisih kurs dan beban pajak, INA berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 231,2 miliar tahun 2021.
Memang INA baru seumur jagung dan karenanya masih kalah jauh dengan SWF negara-negara lain dari segi aset kelolaan dan nominal return yang dibukukan.
Namun ke depannya INA menargetkan untuk berinvestasi di aset riil di berbagai sektor mulai dari infrastruktur, supply chain dan logistik, infrastruktur digital, investasi hijau, jasa kesehatan, jasa keuangan, konsumen dan teknologi hingga pariwisata.