
Sepekan Ini, Mata Uang Asia Ambrol, Rupiah Apa Kabar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menembus rekor tertinggi dalam dua dekade pada pekan ini dan menekan nilai tukar mata uang di Asia. Untungnya rupiah tidak menjadi korbannya, karena pasar keuangan Indonesia masih libur memperingati Hari Raya Idulfitri.
Secara mingguan, dolar AS berhasil menguat 0,68% terhadap 6 mata uang dunia. Pada Jumat (6/5), dolar AS menyentuh level tertingginya dalam 20 tahun yang berada di level 104,07. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2002, kemudian kembali jatuh ke level 103,64.
Wajar saja dolar AS menjadi perkasa di pasar spot, hal tersebut dipicu oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada Kamis (5/5) dini hari waktu Indonesia.
Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian Amerika Serikat akan terserap lebih banyak. Harapannya inflasi bisa terkendali.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat kini sudah menembus 8,5% (year-on-year/yoy) di bulan Maret, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 7,9% (yoy).
Inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir, tepatnya sejak Desember 1981. Inflasi inti tumbuh 6,5% (yoy) dari sebelumnya 6,4% (yoy).
Inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan The Fed juga berada di level tertinggi 4 dekade.
Terserapnya likuiditas artinya jumlah dolar AS yang beredar menjadi berkurang, alhasil nilainya pun terus menanjak.
Pada hari perdagangan terakhir (28/4), rupiah ditutup melemah 0,52% ke 14.495 yang merupakan level terendah dalam 9 bulan. Terakhir kali nilai tukar rupiah menembus Rp 14.500/US$ adalah pada 21 Juli 2021 lalu.
Sepanjang pekan ini, mata uang utama Asia kompak melemah di hadapan si greenback, hanya dolar Singapura yang stagnan. Sementara itu, yuan China merupakan mata uang yang tertekan paling besar oleh keperkasaan dolar AS dan terkoreksi sebanyak 1,16%.
Namun, secara year-to-date, performa Mata Uang Garuda dapat dikatakan cukup ciamik. Pasalnya, rupiah berhasil menduduki juara kedua dengan pelemahan yang lebih sedikit terhadap dolar AS, jika dibandingkan dengan mata uang lain di Asia.
Rupiah terkoreksi 1,7% terhadap si greenback dan hanya kalah dengan dolar Hong Kong yang pelemahannya terhadap dolar AS hanya 0,7%.
Sementara itu, dolar Singapura berada di posisi ketiga yang terkoreksi sebanyak 2,5% terhadap dolar AS. Disusul oleh rupee India melemah 2,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer