Giliran Suku Bunga Acuan India & Hong Kong Naik, BI Kapan?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 May 2022 14:22
Reserve Bank of India (REUTERS/Francis Mascarenhas/File Photo)
Foto: Reserve Bank of India (REUTERS/Francis Mascarenhas/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bank sentral atau otoritas moneter di kawasan Asia-Pasifik mulai bersikap agresif untuk melawan inflasi yang mulai meninggi dengan cara menaikan suku bunga acuannya.

Beberapa negara tersebut yakni India dan Hong Kong. Di India, bank sentral (The Reserve Bank of India/RBI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya dari rekor terendah, di mana hal ini sempat mengejutkan pasar pada Rabu (4/5/2022) lalu.

RBI menaikkan suku bunga acuan (repo rate) sebesar 40 basis poin (bp) menjadi 4,40%, dari sebelumnya di level 4%. Hal ini menjadi perubahan pertama dalam dua tahun terakhir dan kenaikan suku bunga pertama dalam hampir empat tahun terakhir.

RBI juga menaikkan rasio cadangan kas bank (CRR) atau proporsi simpanan yang harus disisihkan bank di RBI sebagai uang tunai sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 4,50%, efektif mulai 21 Mei mendatang.

Kenaikan suku bunga acuan RBI pun membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintahnya bertenor 10 tahun melompat ke level 7,42%, tertinggi sejak Mei 2019.

Selain India, di Hong Kong juga sama, di mana Otoritas Moneter Hong Kong (Hong Kong Monetary Authority/HKMA) juga mulai bersikap hawkish dengan menaikan suku bunga acuannya pada Kamis kemarin waktu setempat.

HKMA menaikan suku bunga acuannya sebesar 50 bp menjadi 1,25%, mengikuti kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed). Selain itu, pembuat kebijakan juga mengindikasikan sedang bersiap untuk campur tangan di pasar untuk mendukung pelemahan mata uang utama.

Kedua otoritas moneter tersebut mulai mengikuti sikap The Fed yang sudah terlebih dahulu mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya pada awal tahun ini bahkan pada akhir tahun lalu.

Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bp ke kisaran level 0,75%-1%. Hal ini menjadi kenaikan terbesar sejak tahun 2000 dan sejalan dengan ekspektasi pasar.

The Fed juga menguraikan rencananya untuk mulai mengurangi neraca pada bulan Juni mendatang.

Namun, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa kenaikan 75 basis poin bukanlah sesuatu yang dipertimbangkan secara aktif oleh Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Sehingga, yield obligasi tenor 10 tahun mulai menurun di waktu yang sama, meski masih di kisaran 3%.

Sebelum menurun, yield obligasi tenor 10 tahun sempat menyentuh level tertinggi di 3,106% dan menjadi level tertinggi sejak 2018. Hal serupa terjadi pada yield obligasi tenor 30 tahun lompat 12 basis poin ke 3,126%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya, ketika yield naik, berarti harga turun.

Halaman Selanjutnya -->> Kapan BI Naikan Suku Bunga Acuannya?

Di tengah mulai hawkish-nya bank sentral India dan Otoritas Moneter Hong Kong serta The Fed yang menjadi pelopor utama sikap hawkish para bank sentral, kini pasar keuangan Indonesia menunggu apakah Bank Indonesia (BI) akan menyusul langkah The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan  pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 Mei mendatang.

Sebagai catatan, Bank Indonesia sudah mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,50% selama 14 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Menurut ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman memperkirakan BI baru akan menaikkan suku bunga acuan di semester II tahun ini. Lonjakan harga komoditas akan meringankan beban BI dalam menghadapi tekanan eksternal. Pasalnya, kenaikan harga komoditas akan membantu kinerja transaksi berjalan serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Sebelumnya, BI telah memperketat kebijakan moneter dengan mengurangi Giro Wajib Minimum (GWM). Pada Januari lalu, BI memutuskan bakal menaikkan GWM secara bertahap hingga akhir kuartal III-2022. Kebijakan ini tentu akan mengurangi likuiditas di perbankan hingga Rp 200 triliun.

"Kondisi tersebut akan membuat BI memiliki ruang yang cukup. Kami memperkirakan BI belum akan terburu-buru menaikkan suku bunga," tutur Faisal, dalam laporan Bank Mandiri Macro Brief 5 Mei 2022.

Faisal menambahkan keputusan Bank Indonesia dalam menaikkan suku bunga acuan akan sangat tergantung pada laju inflasi semester II tahun ini.

"Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga total sebesar 75 bp menjadi 4,25% pada tahun ini. Kami juga memperkirakan BI akan tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendukung pertumbuhan," tuturnya.

Pada Maret lalu, Indonesia mencatat inflasi sebesar 0,66% secara bulanan (month-to-month/mtm) yang menjadi rekor tertingginya sejak Mei 2019 (0,68%) atau hampir tiga tahun.

Sementara itu, Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana memperkirakan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan pada kuartal III tahun ini.

Pendapat berbeda disampaikan OCBC. Ekonom OCBC Wellian Wiranto memperkirakan BI menaikkan suku bunga pada bulan ini. Ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat selama bulan-bulan mendatang karena momen Lebaran dan kenaikan harga BBM.

"Meskipun inflasi saat ini relatif terkendali namun ekspektasi inflasi akan meningkat dan tidak bisa diabaikan. Kami memperkirakan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga mulai Mei. Secara keseluruhan sebesar 100 bps tahun ini," tutur Wellian dalam laporan UOB Too Much Crunch.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular