The Fed Effect 'Goyang' Nikel, Harganya Turun Nyaris 1%!
Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas pasar nikel di China, konsumen nikel terbesar di dunia, mulai tumbuh. Meski demikian, tingginya mata uang dolar Amerika Serikat menekan harga nikel dunia.
Pada Selasa (3/5/2022) pukul 16.45 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 31.500/ton, turun 0,85% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Aktivitas di pasar spot feronikel China meningkat pada bulan April setelah pabrik baja anti karat (stainless steel) mulai membeli feronikel.
"Meskipun NPI dapat diambil sebagai pengganti feronikel, namun kandungan nikel dalam NPI dalam negeri menurun, yang kini berkisar 7% karena rendahnya ketersediaan bijih nikel kadar tinggi yang menjadi bahan baku NPI," kata seorang penjual nikel kepada Fastmarkets, melansir Reuters (2/5/2022).
"Jadi, ini berarti ada tekanan yang lebih besar pada produsen stainless steel China untuk mencampur NPI dengan bahan nikel dengan kandungan nikel yang lebih tinggi seperti feronikel dan nikel full plate untuk menaikkan kadar nikel rata-rata dan kemudian memenuhi produksi stainless steel," dia menambahkan.
Hal ini menjadi "obat" bagi pasar nikel di tengah kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang dikhawatirkan menekan permintaan dari konsumen nikel terbesar di dunia tersebut.
Akan tetapi, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) ditutup di 103,604. Ini adalah yang tertinggi sejak 2002.
Tingginya dollar index membuat aset-aset berbasis dolar AS, seperti nikel menjadi kurang menarik. Saat dolar AS menguat, maka nikel jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan nikel turun, harga pun terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/luc)