Perak Cetak Rekor Baru, Harganya Turun 9 Hari Beruntun!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia lagi-lagi melemah. Ini sudah sembilan hari beruntun aset safe haven tersebut turun. Penyebabnya adalah keperkasaan mata uang dolar Amerika Serikat.
Pada Selasa (3/5/2022) pukul 14.22 WIB harga perak dunia tercatat US$ 22,54/ons, turun 0,4% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Kemarin, Dollar Index (yang menggambarkan posisigreenbackdi hadapan enam mata uang utama dunia) ditutup di 103,604. Ini adalah yang tertinggi sejak 2002.
Dolar AS semakin perkasa jelang rapat Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang hasilnya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell akan kembali mengerek suku bunga acuan.
Mengutip CME FedWatch, pasar 'bertaruh' suku bunga acuan akan dinaikkan 50 basis poin (bps) menjadi 0,75-1%. Kemungkinannya mencapai 99,3%.
Kenaikan suku bunga acuan akan membuat aset-aset berbasis dolar AS, terutama logam mulia seperti perak menjadi kurang menarik. Saat dolar AS menguat, maka perak jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan perak turun, harga pun terkoreksi.
"Pasar mengantisipasi The Fed tidak mundur dari posisi (stance) yang hawkish ini. Bahkan ke depan bukan tidak mungkin ada kejutan lain. Ini yang membuat dolar dalam posisi yang sangat kuat," kata Edward Moya, Analis Senior OANDA, seperti dikutip dariReuters.
Begitu juga imbal hasil aliasyieldsurat utang pemerintah AS sempat mencapai 3% semalam, tertinggi sejak 2018.
Kenaikan yield juga sejatinya merupakan kabar buruk buat perak. Pasalnya, perak adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Saat memegang perak, opportunity cost naik dibandingkan dengan memiliki obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/roy)