Manufaktur China Tumbang, Harga Nikel Jatuh 3%!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia jatuh pada perdagangan siang hari ini. Aktivitas manufaktur China yang masuk zona kontraksi jadi faktor pemicunya.
Pada Senin (5/2/2022) pukul 15.50 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 31.990/ton, anjlok 3% dibandingkan harga penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Aktivitas manufaktur China turun, masuk ke level kontraksi karena menerapkan menerapkan kebijakan nol Covid-19. Begitu kasus mulai menanjak, maka lockdown langsung diterapkan.
Alhasil, aktivitas manufaktur pun kontraksinya makin dalam, terlihat dari purchasing managers' index (PMI) bulan April yang turun menjadi 47,4 dari sebelumnya 49,5. PMI yang dirilis Caixin juga menunjukkan penurunan menjadi 46 dari sebelumnya 48,1.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.
Dengan demikian, sektor manufaktur China sudah mengalami kontraksi dua bulan beruntun.
"Virus corona Omicron dan kebijakan non-Covid-19 pemerintah China menjadi penyebab utama merosotnya aktivitas manufaktur China di bulan April. Produksi industri menjadi terhenti, gangguan supply kembali terjadi," kata Rodrigo Cartril, analis National Australia Bank (NAB) dalam, sebuah catatan yang dikutip CNBC International.
"Realistis jika melihat pelambatan ekonomi China yang tajam akan terjadi di kuartal II-2022, dan jika melihat sejarah maka perekonomian global juga akan menyusul," tambahnya.
Melambatnya aktivitas manufaktur China dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap permintaan nikel untuk kepentingan industri. Seperti untuk produksi stainless steel.
Di samping itu, China adalah konsumen terbesar nikel di dunia sebesar 1,31 juta ton pada 2020, mengacu data Statista. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap laju harga logam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)