
Ekonomi AS Kuartal I-2022 Babak Belur, Apa Dampaknya ke RI?

Kontraksi yang terjadi pada ekonomi AS di tengah belanja konsumen yang naik menimbulkan tanda tanya bagi analis dan ekonom.
"Tidak masuk akal bahwa PDB riil menurun," kata Conrad DeQuadros, penasihat ekonomi senior di Brean Capital di New York, dilansir Reuters.
Ketidaksesuaian tersebut mengisyaratkan produktivitas yang lebih lemah pada kuartal pertama tahun ini.
Pemuatan di awal untuk mengamankan pasokan oleh bisnis yang takut akan kekurangan dan kelangkaan akibat perang Rusia-Ukraina berkontribusi pada lonjakan impor. Di sisi lain ekspor anjlok, menyebabkan defisit perdagangan melebar, yang memangkas 3,20 poin persentase dari pertumbuhan PDB, terbesar sejak kuartal ketiga 2020.
Perdagangan kini telah menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi AS selama tujuh kuartal berturut-turut.
![]() Rincian PDB AS |
Permintaan tinggi menyebabkan para pengusaha beralih ke impor karena produsen lokal tidak memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi. Persediaan bisnis meningkat pada kecepatan US$ 158,7 miliar, melambat dari tingkat US$ 193,2 miliar selama Oktober-Desember tahun lalu. Investasi persediaan tersebut memotong 0,84 poin persentase dari pertumbuhan PDB.
Pertumbuhan belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS naik meskipun mengalami gelombang kenaikan kasus virus corona varian Omicron.
Hilangnya uang pandemi ke rumah tangga dari pemerintah sebagian besar diimbangi oleh kenaikan upah di tengah pasar tenaga kerja yang kian ketat. Sementara itu, pengeluaran pemerintah turun untuk kuartal kedua berturut-turut.
Kondisi pasar tenaga kerja yang ketat diperkuat oleh laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara turun 5.000 ke penyesuaian musiman 180.000 untuk pekan yang berakhir 23 April. Dengan rekor hampir 11,3 juta lowongan pekerjaan pada akhir Februari, pengusaha berusaha mati-matian mencari calon pekerja.
Banyak ekonom berpikir bahwa ekonomi dapat menahan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan kembali tumbuh secara moderat pada kuartal kedua dan seterusnya, sebagian karena kondisi bisnis semarak dan konsumen terus berbelanja.
Konsumen membelanjakan lebih banyak pada sektor jasa di tengah total kasus Covid-19 yang lebih rendah dan pencabutan pembatasan pandemi yang tersisa. Pariwisata adalah contoh utama dengan tingkat hunian hotel AS berada di 65,8% untuk pekan yang berakhir 23 April, naik dari 49,6% pada akhir Januari, menurut STR, sebuah perusahaan data dan analisis perhotelan global.
Penumpang pesawat juga naik setelah perlambatan perjalanan yang terjadi kala varian Omicron meluas. Sekitar 2,1 juta orang melewati pos pemeriksaan bandara pada akhir April, naik dari 1,4 juta tiga daro bulan sebelumnya, menurut Administrasi Keamanan Transportasi (Transportation Security Administration/TSA).
Ke depan, ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan PDB AS akan naik 2,6% pada akhir tahun 2022 dari tahun sebelumnya, menyamai pertumbuhan tahunan 2019, tetapi masuk jauh di bawah pertumbuhan 5,5% yang tercatat tahun lalu.
"Ekonomi AS tidak mendekati resesi," kata Gus Faucher, kepala ekonom PNC Financial dilansir Reuters. "Permintaan yang mendasari tetap kuat, dan pasar tenaga kerja dalam kondisi yang sangat baik. Pertumbuhan akan dilanjutkan pada kuartal kedua."
(fsd/fsd)