
Bursa Asia 'Kebakaran', Cuma Shanghai-Hang Seng yang Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup terkoreksi pada perdagangan Rabu (27/4/2022), meski bursa saham China dan Hong Kong ditutup di zona hijau pada hari ini.
Hanya indeks Shanghai Composite China dan Hang Seng Hong Kong yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Shanghai ditutup melonjak 2,49% ke level 2.958,28 dan Hang Seng naik tipis 0,06% ke posisi 19.946,359.
Dari China, data keuntungan industri pada Maret lalu dilaporkan melonjak menjadi 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Januari-Februari lalu di angka 5%.
Pasar saham China berhasil rebound setelah ambruk lebih dari 1% pada perdagangan Selasa kemarin. Pasar saham China mengalami kerugian besar awal pekan ini karena investor masih khawatir atas perkembangan pandemi Covid-19 di China.
Pengujian massal baru-baru ini dimulai di ibu kota China, Beijing, setelah lonjakan kasus Covid-19 dilaporkan terjadi selama akhir pekan. Hal itu terjadi karena sebagian besar kota Shanghai masih berada di bawah penguncian (lockdown) yang berkepanjangan.
Meski pasar saham China dan Hong Kong cerah, tetapi bursa Asia-Pasifik lainnya ditutup di zona merah pada hari ini.
Indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,17% ke level 26.386,63, Straits Times Singapura turun tipis 0,04% ke 3.320,67, KOSPI Korea Selatan ambrol 1,1% ke 2.639,06, ASX 200 Australia terkoreksi 0,78% ke 7.261,2, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,49% ke 7.196,76.
Saham teknologi di Asia-Pasifik terpantau beragam. Di Jepang, saham konglomerat SoftBank Group melemah 0,25%. Sedangkan di Korea Selatan, saham Samsung Electronics ambles lebih dari 1% dan saham Krafton ambruk 4,02%.
Sedangkan di Hong Kong, saham teknologi sebagian besar mengalami kenaikan. Saham Meituan melesat 3,37% dan saham Tencent menguat 0,54%. Indeks Hang Seng Tech melesat sekitar 2%, pada penutupan perdagangan hari ini.
Sebelumnya pada perdagangan Selasa kemarin waktu AS, bursa saham AS, Wall Street ambrol lagi setelah sempat rebound di awal pekan. Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi Paman Sam serta kemungkinan earning emiten yang mengecewakan terus memicu aksi jual.
Indeks Nasdaq memimpin kemerosotan sebesar 3,95% ke 12.490,74 dan menyentuh level terendah dalam 52 pekan terakhir. Sementara untuk indeks S&P 500 ambles 2,8% ke 4.175,2 dan Dow Jones minus 2,4% ke 33.240,18.
Saham-saham teknologi AS memimpin kemerosotan meski para raksasanya baru akan melaporkan earning setelah perdagangan ditutup. Namun, investor berkaca dari Netfilx yang mengecewakan pada pekan lalu.
Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, Netflix melaporkan penurunan jumlah subscribers di kuartal I-2022. Alhasil saham Netflix ambrol hingga 35% dalam sehari dan terus berlanjut hingga kemarin turun lagi 5,5%.
Saham Alphabet dan Microsoft juga turun lebih dari 3%. Kekhawatiran investor memang terbukti, setelah penutupan perdagangan Alphabet yang merupakan induk Google melaporkan pendapatan dan laba di bawah ekspektasi pasar.
Laba dilaporkan sebesar US$ 68,01 miliar sedikit di bawah ekspektasi US$ 68,11 miliar, sementara laba sebesar US$ 24,62/lembar saham lebih rendah dari prediksi US$ 25,91/lembar saham.
Selain laporan earning, aksi jual juga terus melanda akibat kecemasan akan risiko perlambatan ekonomi AS akibat inflasi yang sangat tinggi dan langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga secara agresif untuk meredamnya.
Kepala Penelitian Fundstrat Global Advisor, Tom Lee telah memprediksikan bahwa kuartal I-2022 akan 'berbahaya', tapi ternyata pasar lebih buruk dari yang dia prediksikan, di mana inflasi yang memburuk sejalan dengan ekspektasi pasar. Meski demikian, dia tetap optimis.
"Ketika pasar obligasi berteriak agar bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sedikit lebih ketat, sulit bagi pasar saham untuk bertahan dan saya pikir itulah yang sedang kita alami sekarang, tapi saya tidak berpikir untuk menjual ekuitas. Saya tidak berpikir bahwa inflasi akan terus menjadi masalah bahkan di kuartal II-2022," tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
