Rupiah Batal Menguat Lawan Dolar AS, Kok Bisa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 27/04/2022 15:26 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (27/4/2022). Padahal, di awal perdagangan sempat menguat tipis.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah menguat 0,07% ke Rp 14.400/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, rupiah kemudian berbalik terdepresiasi hingga 0,14% ke Rp 14.420/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.410/US$, melemah 0,07% di pasar spot.


Tanda-tanda rupiah akan berbalik melemah sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah sore ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Rabu (27/4) pukul 8:50 WIBKurs Rabu (27/4) pukul 15:03 WIB
1 PekanRp14.410,5Rp14.419,7
1 BulanRp14.445,0Rp14.452,1
2 BulanRp14.484,5Rp14.488,7
3 BulanRp14.519,0Rp14.520,8
6 BulanRp14.640,0Rp14.615,0
9 BulanRp14.740,0Rp14.714,0
1 TahunRp14.855,0Rp14.810,4
2 TahunRp15.266,0Rp15.250,2

Dibandingkan mata uang Asia lainnya, kinerja rupiah tidak terlalu buruk. Hingga pukul 15:07 WIB, hanya rupee India dan peso Filipina yang mampu menguat melawan dolar AS.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Fakta mayoritas mata uang utama Asia melemah menunjukkan dolar AS sedang kuat-kuatnya.

Indeks dolar AS kemarin melesat 0,54% dan berlanjut lagi 0,25% ke 102,56 yang merupakan level tertinggi sejak 23 Maret 2020, atau beberapa hari setelah penyakit akibat virus corona dinyatakan sebagai pandemi.

Untuk diketahui, level tertinggi saat itu 102,97, artinya sedikit lagi akan dilewati.

Selain indeks dolar AS, indeks volatilitas (VIX) juga melesat 24% ke 33,52. Indeks ini juga dianggap sebagai indeks ketakutan, semakin tinggi nilainya maka pelaku pasar semakin khawatir akan gejolak di pasar finansial. Dalam kondisi tersebut dolar AS akan lebih diuntungkan, sebab menyandang status safe haven, sementara rupiah merupakan aset emerging market.

Sementara itu dari dalam negeri, larangan ekspor minyak sawit yang sempat membuat rupiah tertekan akhirnya sudah ada kejelasan. Minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih bisa diekspor.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kemarin malam menyatakan pelarangan ekspor hanya diperuntukkan untuk produk Refined, Bleached, Deodorized (RBD) palm olein. Arttinya CPO masih bisa diekspor

Larangan ekspor RBD palm olein mulai diberlakukan 28 April 2022. Larangan ini berlaku sampai harga minyak goreng curah turun menjadi Rp 14.000 per liter.

"Pelarangan ekspor RBD palm olein yang merupakan bahan baku minyak goreng sejak 28 April pukul 00.00 WIB sampai tercapainya harga minyak goreng curah Rp 14.000 per liter di pasar tradisional," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers singkat di saluran YouTube, Selasa (26/4/2022).

Meski ekspor CPO tidak dilarang, tetapi pendapatan negara bisa tergerus signifikan jika ekspor RBD palm olein dilarang dalam waktu yang lama. Sebab, dari total ekspor CPO dan produk turunannya, RBD palm olein kontribusinya paling besar yakni 41%. Sementara CPO kontribusinya hanya 7% saja.

Setiap bulannya pendapatan negara dari ekspor CPO dan turunannya mencapai US$ 3 miliar, artinya jika ekspor RBD palm olein disetop maka pendapatan negara yang hilang sebesar US$ 1,2 miliar atau lebih dari Rp 17 triliun (kurs Rp 14.400/US$).

Hilangnya pendapatan tersebut cukup signifikan dan bisa menggerus surplus neraca perdagangan Indonesia. Untuk di ketahui, surplus neraca perdagangan Indonesia di bulan Maret Sebesar US$ 4,53 miliar, artinya sekitar sepertiganya akan hilang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS