Awas! IHSG Masih Berisiko Longsor di Sesi 2
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi I hari ini, Rabu (27/4/2022) dengan koreksi 0,77% di level 7.176,59. IHSG sudah keluar dari level psikologis 7.200 sejak awal perdagangan dan konsisten bergerak di zona merah.
Jelang libur hari raya Idulfitri, inflow dana asing cenderung menipis hari ini. Di pasar reguler asing hanya net buy Rp 69,3 miliar.
Bursa saham Asia bergerak variatif hingga siang ini. Indeks Nikkei memimpin pelemahan dengan koreksi 1,19% sedangkan indeks Shanghai Composite melesat 1,89%.
Bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) ambrol lagi pada perdagangan Selasa waktu setempat setelah sempat rebound di awal pekan. Kekhawatiran akan pelambatan ekonomi Paman Sam serta kemungkinan earnings emiten yang mengecewakan terus memicu aksi jual.
Indeks Nasdaq memimpin kemerosotan sebesar 3,95% ke 12.490,74 dan menyentuh level terendah dalam 52 pekan terakhir. Indeks S&P 500 merosot 2,8% ke 4.175,2 dan Dow Jones minus 2,4% ke 33.240,18.
Selain laporan earnings, aksi jual juga terus melanda akibat kecemasan akan risiko pelambatan ekonomi AS akibat inflasi yang sangat tinggi dan langkah bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga agresif untuk meredamnya.
Dari dalam negeri titik terang pelarangan ekspor CPO akhirnya muncul di awal pekan ini dari Surat Edaran bertanda tangan Plt Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil yang menerangkan hanya melarang ekspor produk turunan CPO untuk bahan baku minyak goreng.
Untuk melihat arah pergerakan IHSG di sesi II, simak analisis teknikal berikut.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG sesi I dan indikator BB, tampak bahwa indeks cenderung turun dan bergerak mendekati level support terdekat di 7.170.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Indikator RSI cenderung turun yang mengindikasikan adanya penguatan momentum jual. RSI berada di level 41,23. Sampai saat ini RSI belum menunjukkan adanya tanda-tanda jenuh jual.
Jika melihat indikator teknikal, tampaknya potensi IHSG tetap berada di bawah tekanan masih besar. Apabila IHSG berhasil tembus level support di 7.170, maka support terdekat selanjutnya di 7.100.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)