Jeblok ke Level Terlemah 8 Bulan, Rupiah Terburuk ke-3 Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (25/4/2022) hingga menyentuh level terlemah dalam 8 bulan terakhir. Tidak hanya itu, rupiah juga menjadi yang terburuk di Asia.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung jeblok 0,55% ke Rp 14.435/US$. Depresiasi rupiah semakin parah hingga ke Rp 14.470/US$ atau merosot 0,79%.
Di penutupan perdagangan rupiah berada di Rp 14.455/US$, melemah 0,69% di pasar spot.
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia rontok pada hari ini. Hingga pukul 15:03 WIB, hanya yen Jepang yang menguat, sementara rupiah menjadi yang terburuk ketiga hanya lebih baik dari yuan China dan ringgit Malaysia.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Salah satu pemicunya bisa jadi keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Keputusan tersebut ditetapkan Jokowi setelah memimpin rapat terbatas mengenai pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, utamanya minyak goreng dalam negeri.
Kebijakan ini akan berlaku mulai 28 April 2022, hingga batas waktu yang belum ditentukan.
"Saya akan terus memantau dan mengevaluasi kebijakan ini agar ketersediaan minyak goreng melimpah dengan harga terjangkau," kata Jokowi dalam keterangan pers lewat akun Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (22/4/2022).
"Hari ini saya telah memimpin rapat tentang pemenuhan kebutuhan pokok rakyat utamanya yang berkaitan dengan ketersediaan minyak goreng di dalam negeri. Dalam rapat tersebut telah saya putuskan pemerintah melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng," kata Presiden.
CPO merupakan salah satu komoditas ekspor andalan yang membantu neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus dalam 23 bulan beruntun, serta membuat transaksi berjalan (current account) juga surplus di tahun lalu.
Surplus transaksi berjalan tersebut menjadi fundamental penting dalam menjaga stabilitas rupiah.
Dengan dilarangnya ekspor CPO, maka pendapatan ekspor tentunya akan merosot. Putera Satria Sambijantoro, ekonom Bahana Sekuritas memperkirakan Indonesia bisa kehilangan US$ 3 miliar atau Rp 42,9 triliun belum dengan pajak ekspor.
"Setiap bulan, CPO dan produk turunannya menyumbang USD3 miliar dari ekspor Indonesia, selain Rp 4 triliun dari pendapatan pajak ekspor," ujar Satria.
Penurunan pendapatan tersebut jika berlangsung lama tentunya bisa menyeret neraca perdagangan kembali ke defisit, begitu juga dengan transaksi berjalan yang pada ahirnya berdampak negatif bagi rupiah.
Selain itu memburuknya sentimen pelaku pasar semakin membuat rupiah yang merupakan mata uang emerging market semakin terpuruk.
Bursa saham Asia pada hari ini jeblok menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) Jumat waktu setempat. Indeks Dow Jones jeblok hingga lebih dari 2,8% ke 33.811,4, menjadi hari terburuk sejak 28 Oktober 2020. Sepanjang pekan lalu, Dow Jones merosot 1,9% dan mencatat penurunan 4 minggu beruntun. Bahkan dalam 11 minggu terakhir, Dow Jones turun sebanyak 9 kali.
Kemudian indeks S&P 500 juga jeblok 2,77% ke 4.271,78, dalam sepekan merosot 2,8%. S&P 500 tercatat melemah 3 pekan beruntun. Indeks teknologi Nasdaq merosot 2,55% ke 12.839,29, dan dalam sepekan merosot 3,8%.
Sementara itu dari Asia, Indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,9%, Hang Seng Hong Kong ambruk 3,7%, Shanghai Composite China ambrol 5,13%, dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 1,76%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot hingga 1,2% sebelum terpangkas dan mengakhiri perdagangan di 7.215,979 atau melemah 0,13% saja.
Saat bursa saham global sedang terpuruk, investor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 3,35 triliun di pasar reguler, nego dan tunai.
Sepanjang tahun ini net buy asing tercatat lebih dari Rp 50 triliun. Capital inflow di pasar saham tersebut mampu mengimbangi outflow di pasar obligasi lebih dari Rp 47 triliun, yang membuat rupiah stabil sepanjang 2022 sebelum terpuruk pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS
(pap/pap)