Harga Minyak Dunia Ambrol 4% Sepekan 'Digebuk' IMF

Market - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 April 2022 09:30
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF), memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,6% untuk 2022. Harga minyak dunia pun ambles saat prospek ekonomi dunia lebih suram.

Sepanjang pekan ini, harga minyak dunia merosot 5%. Minyak mentah dunia jenis brent turun 4,52% dibanding pekan sebelumnya, ditutup di US$ 106,65/barel. Sedangkan minyak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) ditutup di US$ 102,7/barel, anjlok 4,56%.

Pada awal pekan ini harga minyak melaju positif dengan kenaikan selama empat hari beruntun. Pada hari Senin (18/4/2022) harga minyak mentah dunia pun menguat 1% lebih.

Namun pada hari perdagangan berikutnya harga minyak dunia "digebuk" IMF. Dua acuan harga minyak dunia, brent dan light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) kompak turun 5,.22% dari posisi hari sebelumnya.

Pasar merespons negatif laporan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF). DalamWorld Economic Outlookedisi terbaru, lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat/AS) itu memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,6% untuk 2022 dan 2022, Turun masing-masing 0,8 poin persentase dan 0,25 poin persentase dibandingkan proyeksi sebelumnya.

"Prospek ekonomi dunia benar-benar berbalik, sebagian besar karena serangan Rusia ke Ukraina," sebut Pierre-Olivier Gourinchas, Kepala Ekonom IMF, dalam laporan tersebut.

Perang, menurut IMF, menciptakan gangguan di sisi pasokan karena Rusia dan Ukraina adalah produsen utama sejumlah komoditas. Mulai dari minyak, gas alam, batu bara, gandum, kedelai, hingga biji bunga matahari. Selain perang, sanksi ekonomi terhadap Rusia juga membuat pasokan komoditas ke pasar dunia semakin terbatas.

Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan menyebabkan tekanan inflasi yang dirasakan di seluruh dunia. Pada gilirannya, inflasi tinggi akan 'memakan' daya beli sehingga melemahkan pertumbuhan ekonomi.

"Perang menyebabkan shock di sisi pasokan yang sudah dialami oleh perekonomian dunia dalam beberapa tahun terakhir. Seperti gempa bumi, efeknya akan meluas ke pasar komoditas, jalur perdagangan, dan jalur keuangan," lanjut Gourinchas.

Saat prospek ekonomi dunia lebih suram, pasar berekspektasi permintaan energi juga akan berkurang. Jadi wajar harga minyak turun.

"Laporan IMF menyebabkan rasa gugup di pasar," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters.

Harga minyak dunia ke depan diperkirakan akan mengalami volatilitas yang tinggi. Hal ini karena rasa hat-hati pelaku pasar masih sangat tinggi di tengah perkembangan konflik Rusia-Ukraina bisa setiap waktu mempengaruhi pasokan dan permintaan minyak dunia.

"Perdagangan tidak akan semudah beberapa minggu lalu. Anda harus lebih berani mengambil risiko," ujar Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Pekan Pertama 2022, Harga Minyak Dunia Melejit 5%


(ras/ras)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading