
Sarana Menara (TOWR) Rajin Tarik Pinjaman, Rasio Utang Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten menara telekomunikasi Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) tercatat rajin menarik pinjaman selama periode Januari 2022 sampai akhir Maret 2022. Beberapa di antaranya untuk membiayai kebutuhan umum anak usaha TOWR Protelindo, termasuk Iforte.
Hal tersebut terungkap dalam catatan laporan keuangan 2021 TOWR dalam penjelasan soal Peristiwa Setelah Periode Pelaporan.
Rinciannya, pada 21 Januari 2022, Protelindo dan Bank of China (Hong Kong) Limited, Cabang Jakarta (BOCHK) telah menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka sejumlah Rp 500 miliar (Perjanjian Fasilitas BOCHK).
Tujuan Perjanjian Fasilitas BOCHK adalah membiayai kebutuhan umum Perseroan tetapi tidak terbatas untuk pembiayaan kembali. Perjanjian Fasilitas BOCHK ini jatuh tempo pada 21 Januari 2026.
Kemudian, pada tanggal 24 Februari 2022, Protelindo dan MUFG Bank Ltd, Cabang Jakarta (MUFG) telah menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Bergulir sejumlah JPY 7.954.800.000 atau JPY 7,95 miliar (Perjanjian Fasilitas MUFG).
Seperti Perjanjian Fasilitas BOCHK, tujuan perjanjian Fasilitas MUFG adalah membiayai kebutuhan umum Protelindo tetapi tidak terbatas untuk pembiayaan kembali. Perjanjian Fasilitas MUFG ini jatuh tempo pada 24 Februari 2025.
Selanjutnya, pada 28 Februari 2022, Protelindo dan Bank of China (Hong Kong) Limited ("BOCHK") kembali menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Bergulir Tanpa Komitmen sejumlah US$ 60.000.000. Tujuan Perjanjian Fasilitas BOCHK adalah membiayai kebutuhan umum Protelindo.
Rajin Tarik Pinjaman selama Maret
Lebih lanjut, selama Maret 2022 TOWR, termasuk lewat anak usahanya, juga tercatat beberapa kali menarik fasilitas pinjaman di sejumlah bank.
Sebut saja, pada 22 Maret 2022, Protelindo, Iforte dan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (Danamon/BDMN) telah menandatangani Perjanjian Kredit Pinjaman Berjangka sejumlah Rp 1 triliun.
Perjanjian Kredit Danamon ini digunakan untuk membiayai kebutuhan umum Protelindo dan Iforte. Perjanjian ini tercatat jatuh tempo pada 60bulan sejak tanggal perjanjian.
Selang tujuh hari, pada 29 Maret 2022, Protelindo, Iforte dan JPMorgan Chase Bank, N.A., Cabang Jakarta (JPMorgan) menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Berjangka sejumlah US$ 40.000.000.
Tujuan Perjanjian Fasilitas JPMorgan adalah untuk membiayai kebutuhan umum perseroan. Perjanjian Fasilitas JPMorgan ini jatuh tempo pada 6 (enam) tahun sejak tanggal perjanjian.
Lebih lanjut, pada 30 Maret 2022, Protelindo dan PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Loan on Certificate dengan Komitmen sejumlah US$100.000.000.
Seperti pinjaman di atas, Perjanjian Fasilitas BTPN bertujuan untuk membiayai kebutuhan umum Protelindo. Perjanjian Fasilitas BTPN ini jatuh tempo pada 84 bulan sejak tanggal penarikan pertama.
Rasio utang TOWR masih aman?
Apabila menilik rasio utang berdasarkan debt-to-equity ratio (DER), rasio milik TOWR tercatat tinggi, yakni 446,90%. Angka tersebut berada di atas rerata industri 128%.
Namun memang, salah satu pesaing terdekat TOWR, emiten menara Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga memiliki DER yang tinggi, yakni 345,97%.
PT Centratrama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) juga memiliki DER yang tinggi 246,53%.
Asal tahu saja, DER atau rasio utang terhadap ekuitas digunakan untuk mengevaluasi leverage (pengungkit) keuangan perusahaan dan dihitung dengan membagi total kewajiban perusahaan dengan ekuitas pemegang sahamnya.
Peningkatan rasio ini menunjukkan semakin besar utang tinimbang ekuitas sebagai sumber pendanaan.
Yang juga patut disimak dari TOWR adalah adanya peningkatan total aset dan liabilitas yang signifikan sepanjang 2021 pasca perseroan mengakuisisi emiten menara PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR).
Total aset TOWR meningkat sebesar Rp 31,58 triliun (92,2%) dari Rp. menjadi Rp 65,83 triliun terutama disebabkan oleh akuisisi SUPR.
Ini lantaran TOWR melakukan pencatatan goodwill sebesar Rp. 15,02 triliun atas efek dari akuisisi tersebut, beserta juga dikonsolidasikannya aset SUPR sebesar Rp. 11,62 triliun pada laporan keuangan TOWR per 31 Desember 2021.
Kemudian, total liabilitas TOWR meningkat sebesar Rp 29,71 triliun (123,4%) menjadi Rp 53,77 triliun terutama disebabkan oleh utang bank sebesar Rp.16,75 triliun yang digunakan untuk mengakuisisi SUPR, beserta juga dikonsolidasikannya liabilitas SUPR sebesar Rp. 8,41 triliun pada laporan keuangan Perseroan per 31 Desember 2021.
Sebelumnya, analis CGS-CIMB Willy Suwanto dan Michelle A. Nugroho dalam risetnya pada 6 Januari 2022 mencatat, kendati berpotensi memiliki level utang yang tinggi--apalagi di tengah rezim kenaikan bunga a la bank sentral AS The Fed--TOWR memiliki suku bunga pinjaman rerata yang rendah dan ditopang oleh performa operasional pasca-akuisisi SUPR. Hal tersebut, kata analis CGS-CIMB, bisa menopang kinerja bottom line (alias laba) perseroan.
Apalagi, jelas Willy dan Michelle, emiten-emiten menara juga saat ini mencari pendanaan baru atau melakukan refinancing fasilitas pinjamannya demi menopang arus kas perusahaan.
Pasca-akuisisi SUPR, dalam catatan kedua analis tersebut, TOWR meneguhkan diri sebagai pemimpin sektor menara Tanah Air.
Kinerja Keuangan 2021 yang Positif
TOWR sukses mencetak pertumbuhan laba bersih sepanjang 2021. Demi menopang pendapatan perusahaan ke depan,
perseroan membukukan laba bersih Rp 3,43 triliun sepanjang periode 2021. Perolehan ini lompat 20,84% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 2,84 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, Selasa (19/4/2022), kenaikan laba itu sejalan dengan meningkatnya pendapatan perusahaan. Perusahaan mencatat kenaikan 15,98% secara tahunan menjadi Rp 8,63 triliun dari sebelumnya Rp 7,44 triliun.
Beban pokok juga naik menjadi Rp 480,35 miliar dari sebelumnya Rp 415,24 miliar. Namun, kenaikannya sebesar Rp 15,66% secara tahunan, masih proporsional dengan kenaikan perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca Diakuisisi Anak Usaha TOWR, SUPR Sinyalkan Go Private?