Bank Indonesia Masih Sabar, Dolar Australia pun Melenggang
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia yang sudah jeblok 3% melawan rupiah dalam dua pekan terakhir akhirnya bangkit kemarin, dan melenggang lebih jauh lagi pada perdagangan Rabu (20/4/2022). Bank Indonesia (BI) yang kemarin mengumumkan kebijakan moneter membuat tren penurunan dolar Australia untuk sementara terhenti.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 10:43 WIB dolar Australia Rp 10.639/AU$ melesat 0,71% di pasar spot, setelah naik 0,2% kemarin.
BI dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin masih mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (19/4/2022).
Dengan demikian, suku bunga acuan tidak berubah selama 14 bulan terakhir. Suku bunga acuan 3,5% adalah yang terendah dalam sejarah Indonesia merdeka.
Perry bahkan sekali lagi menegaskan akan bersabar untuk menaikkan suku bunga. Ia sekali lagi menegaskan kebijakan moneter tidak merespon administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah. Hal ini terkait dengan kenaikan beberapa harga, seperti Pertamax yang ditentukan pemerintah.
Yang direspon oleh BI adalah dampak second round yang terlihat dari inflasi inti. BI juga menyatakan terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.
"Esensinya sabar, menunggu koordinasi lebih lanjut, pada waktunya kami akan menjelaskan, komitmen kami menjaga stabilitas, mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.
Masih belum adanya sinyal kapan BI menaikkan suku bunga membuat dolar Australia diuntungkan, sebab bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) sudah membuka peluang kenaikan di tahun ini.
Pasar bahkan melihat RBA bisa menaikkan suku bunga di bulan Juni.
Baik Indonesia maupun Australia menjadi negara yang diuntungkan dari tingginya harga komoditas. Sehingga pergerakan mata uangnya saat ini dipengaruhi oleh outlook kebijakan moneter.
Hal ini membuat rupiah lebih volatil melawan dolar Australia ketimbang melawan dolar Amerika Serikat (AS) yang bergerak tipis-tipis dalam beberapa pekan terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)