Breaking News: Harga Minyak Rontok, Turun 5% Lebih

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 April 2022 07:31
SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/ Muhamaad Sabki)
Foto: SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/ Muhamaad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia anjlok pada perdagangan pagi ini. Kemungkinan investor sedang menarik cuan karena harga si emas hitam sudah naik berhari-hari.

Pada Rabu (20/4/2022) pukul 07:09 WIB, harga minyak jenis brent tercatat US$ 107,25/barel. Ambles 5,22% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan yang jenis light sweet atawa West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 102,56/barel. Juga ambrol 5,22%.

Setidaknya ada dua faktor yang membuat harga minyak terpangkas. Satu, koreksi teknikal sepertinya sulit dihindari karena harga sudah naik lumayan tinggi.

Misalnya, harga brent sebelumnya naik empat hari beruntun. Selama empat hari itu, harga melesat 14,91%.

So, wajar jika investor tergiur untuk mencairkan keuntungan karena yang didapat memang lumayan besar. AkibaTnya kontrak minyak mengalami tekanan jual sehingga harga turun.

Halaman Selanjutnya --> IMF Bawa Kabar Kurang Sedap

Sentimen kedua, pasar merespons negatif laporan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF). Dalam World Economic Outlook edisi terbaru, lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat/AS) itu memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,6% untuk 2022 dan 2022, Turun masing-masing 0,8 poin persentase dan 0,25 poin persentase dibandingkan proyeksi sebelumnya,

"Prospek ekonomi dunia benar-benar berbalik, sebagian besar karena serangan Rusia ke Ukraina," sebut Pierre-Olivier Gourinchas, Kepala Ekonom IMF, dalam laporan tersebut.

Perang, menurut IMF, menciptakan gangguan di sisi pasokan karena Rusia dan Ukraina adalah produsen utama sejumlah komoditas. Mulai dari minyak, gas alam, batu bara, gandum, kedelai, hingga biji bunga matahari. Selain perang, sanksi ekonomi terhadap Rusia juga membuat pasokan komoditas ke pasar dunia semakin terbatas.

Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan menyebabkan tekanan inflasi yang dirasakan di seluruh dunia. Pada gilirannya, inflasi tinggi akan 'memakan' daya beli sehingga melemahkan pertumbuhan ekonomi.

"Perang menyebabkan shock di sisi pasokan yang sudah dialami oleh perekonomian dunia dalam beberapa tahun terakhir. Seperti gempa bumi, efeknya akan meluas ke pasar komoditas, jalur perdagangan, dan jalur keuangan," lanjut Gourinchas.

Saat prospek ekonomi dunia lebih suram, pasar berekspektasi permintaan energi juga akan berkurang. Jadi wajar harga minyak turun.

"Laporan IMF menyebabkan rasa gugup di pasar," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular