Para Bos Mulai 'Buang' Dolar, Warga +62 Masih Mau Simpan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 19/04/2022 12:47 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju penguatan dolar Amerika Serikat (AS) masih belum terbendung. Indeksnya terus melesat naik hingga menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir. Namun yang menarik, garangnya dolar AS tidak membuat nilai tukar rupiah terpuruk.

Hingga perdagangan Senin (18/4/2022) rupiah hanya melemah 0,72% ke Rp 14.353/US$. Pada saat yang sama indeks dolar AS melesat sekitar 5% ke 100,78 yang merupakan level tertinggi sejak Maret 2020 lalu.

Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini guna meredam inflasi membuat dolar AS perkasa.


Meski The Fed akan agresif dalam menormalisasi kebijakannya di tahun ini, tetapi para spekulan justru mengurangi kepemilikan dolar AS. Hal tersebut terlihat dari posisi spekulatif dolar AS berdasarkan data Commodity Futures Trading Commission (CFTC) yang dirilis Jumat pekan lalu.

Data tersebut menunjukkan pada pekan yang berakhir 5 April posisi beli bersih (net long) dolar AS mengalami penurunan nyaris US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,7 triliun (kurs Rp 14.350/US$) menjadi US$ 14,13 miliar. Penurunan tersebut merupakan yang pertama setelah naik selama 5 pekan.

Posisi spekulatif tersebut merupakan dolar AS melawan yen Jepang, euro, poundsterling Inggris, franc Swiss, dolar Kanada, serta dolar Australia.

Berkurangnya posisi spekulatif tersebut menjadi indikasi meski The Fed akan agresif menaikkan suku bunga, tetapi sebagian pelaku pasar melihat dolar AS tidak akan menguat terlalu jauh.

Jika net long dolar AS menurun, posisi spekulatif rupiah justru berbalik dari jual menjadi beli. Hal tersebut terlihat dari survei dua mingguan yang dilakukan Reuters.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia. Survei terbaru yang dirilis hari ini Kamis (7/4/2022) menunjukkan angka untuk rupiah -0,04 membaik dari dua pekan lalu 0,04.

Sepanjang tahun ini, kebanyakan rupiah mengalami aksi jual (short), hanya dua kali survei saja yang nilainya minus alias spekulan mengambil posisi long, itu pun nilainya tidak terlalu besar.

Dengan spekulan kembali long terhadap rupiah dan net long dolar AS berkurang, mata uang Tanah Air tentunya memiliki peluang untuk menguat ke depannya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Fundamental Dalam Negeri Kuat, Duit Asing Mengalir Deras


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Cerah Hingga Tekanan Dolar & Tarif Masih Jadi Risiko

Pages