Nusa Konstruksi Akuisisi 35% Saham Dirgantara Yudha Rp 256 M
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konstruksi, PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK), melalui anak usahanya yakni PT Duta Buana Permata (DBP) mengumumkan akan melakukan pembelian 35% saham PT Dirgantara Yudha Artha dengan nilai transaksi sebesar Rp 256,5 miliar.
Dalam rilis yang terbit di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), DGIK menyebut pembelian tersebut merupakan tahapan awal dari proses sinergi lini bisnis konstruksi yang dimiliki PT Global Dinamika Kencana (GDK) untuk memperkuat lini bisnis konstruksi.
Sinergi juga ditujukan untuk percepatan pertumbuhan lini bisnis konstruksi dengan harapan mampu menjadi salah satu Perusahaan Konstruksi swasta nasional besar di Indonesia yang bisa bersinergi dengan perusahaan konstruksi besar lainnya baik dalam dan luar negeri.
Direktur Utama PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk Budi Susilo mengungkapkan konsolidasi ini merupakan bagian dari pertumbuhan nonorganik yang mampu mendorong pertumbuhan secara eksponensial.
"Jadi dengan sinergi ini, maka sudah pasti kapasitas kami meningkat, baik dalam hal penambahan spesialisasi segmen konstruksi yang dimiliki maupun peningkatan sumber daya operasional konstruksi seperti peralatan konstruksi, sehingga peningkatan kapasitas akan memperbesar pertumbuhan perseroan ke depannya. Kami akan semakin agresif untuk menggarap proyek-proyek high rise building dan infrastruktur yang menjadi keahlian kami, tidak hanya di Tanah Air, bahkan mancanegara," ungkap Budi Susilo.
Atas akuisisi tersebut, tahun ini DGIK menargetkan pendapatan mampu mencapai Rp 1 triliun atau tumbuh 173% secara tahunan (yoy). Sementara untuk besaran pertumbuhan laba bersih ditargetkan bisa tumbuh di atas pertumbuhan pendapatan.
Konsolidasi bisnis
Konsolidasi bisnis ini sudah mulai dilaksanakan setelah Oktober tahun lalu DGIK dicaplok oleh PT Global Dinamika Kencana (GDK) yang juga merupakan pemegang saham pengendali emiten farmasi dan produk alat kesehatan, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA).
GDK membeli saham DGIK dari investor lama, dengan total saham yang diambil alih adalah sebesar 51,85%. Kala itu, manajemen GDK menegaskan alasan dibalik akuisisi ini adalah untuk ekspansi ke bisnis di jasa konstruksi.
Induk IRRA ini sebetulnya sudah punya lini bisnis konstruksi lewat anak usahanya, PT Dirgantara Yudha Artha (Dirgantara). Ini merupakan perusahaan konstruksi yang sudah berdiri sejak tahun 1990, yang akhirnya sahamnya akan dibeli oleh DGIK saat ini.
Dirgantara sudah berpartisipasi dalam proyek-proyek konstruksi nasional, seperti infrastruktur bandara (runway dan hangar), kawasan industri, jalan raya, tol, dan yang terbaru dalam pembangunan proyek Tol Cikopo Palimanan.
Sementara itu sejumlah proyek yang ditangani DGIK di antaranya Bandara Kualanamu Medan, kedutaan besar Prancis di Jakarta, Gedung BEI Tower I, World Capital Tower, dan Chadstone Cikarang.
DGIK merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, properti dan real estate. DGIK melantai di bursa pada Desember 2007 dengan harga penawaran umum saham perdana (IPO) Rp 225.
(fsd/vap)