Gudang di China Mulai Kosong, 'Kiamat' Nikel...?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kendala pasokan masih jadi motor penggerak laju harga nikel dunia. Persediaan nikel di China, konsumen utama dunia, minggu lalu turun. Begitu juga dengan persediaan di gudang bursa logam London (LME), turun 70%.
Pada Senin (18/4/2022) pukul 14:50 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 33.145/ton, naik 0,5% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.
Per Jumat (15 April) persediaan bijih nikel di pelabuhan China turun 163.000 ton basah (wet metric ton/wmt) dari pekan sebelumnya menjadi 5,57 juta wmt dengan total kandungan Ni mencapai 1.300 ton.
Total persediaan di tujuh pelabuhan utama di seluruh China mencapai 2,35 juta wmt. Jumlahnya turun 93.000 wmt dari pekan sebelumnya.
Penyebab persediaan di China turun karena hambatan pengiriman dari Filipina akibat cuaca. Meskipun sudah memasuki penghujung musim hujan, namun pengiriman belum stabil.
Sementara itu, persediaan di gudang yang dipantau LME terus menyusut. Per 14 April 2022, stok nikel tercatat 72.600 ton. Jumlah tersebut telah turun 28.656 ton atau 25,46% sejak awal tahun (year-to-date/ytd). Jika dibandingkan dengan puncaknya pada April 2021, stok nikel LME telah susut 72,56%.
Indonesia patut bersyukur karena dilimpahi sejumlah sumber daya energi dan tambang, termasuk nikel. Bahkan, 'harta karun' nikel Indonesia merupakan terbesar dibandingkan negara lainnya. Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel).
Jumlah cadangan tersebut merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni. Data tersebut berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia" yang merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)