Wall Street "Kebakaran", Inflasi Tinggi Jadi Biang Kerok?
Jakarta, CNBC Indonesia- Saham-saham di Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, kompak berakhir di zona negatif pada perdagangan Kamis (14/4/2022). Di mana investor masih mencerna musim rilis kinerja keuangan yang beragam dari bank-bank besar AS dan angka inflasi yang tinggi.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 113,36 poin lebih rendah atau turun tipis 0,33% menjadi 34.451,23. Hal serupa terjadi, S&P 500 anjlok 1,21% menjadi 4.392,59 dan Nasdaq Composite merosot tajam sebesar 2,14% ke level 13.351,08.
Indeks S&P 500 melemah 2,13% selama empat pekan. Nasdaq dan Dow Jones turun yang masing-masing sebesar 2,63% dan 0,78% di sepanjang pekan ini.
Pergerakan tersebut terjadi ketika inflasi menjadi pusat perhatian investor pekan ini. Biro Statistik Ketenagakerjaan AS, mencatat inflasi berada di atas ekspektasi sebesar 8,5%, tertinggi sejak Desember 1981.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik lebih tinggi, di mana dua rilis data ekonomi AS menunjukkan kenaikan harga yang tajam. Pada Kamis, yield obligasi tenor 10 tahun naik 13 basis poin ke atas 2,8%.
"Apa yang terjadi dengan yield obligasi berdampak langsung pada saham karena hal tersebut menjadi salah satu titik dari banyak titik data negatif yang harus dihadapi investor," tutur Pendiri 50 Park Investments Adam Sarhan dikutip dari CNBC International.
Kecemasan akan inflasi dan tingginya yield obligasi mengerek saham emiten teknologi menurun kemarin. Di mana investor beralih ke saham yang lebih stabil.
Saham Microsoft turun 2,7%, saham Apple jatuh 3%, dan saham Google tergelincir 2,4%. Saham emiten chip juga merosot, dengan Nvidia turun sekitar 4,3% dan saham Advanced Micro Devices merosot sekitar 4,8%.
Sementara itu, Elon Musk menawarkan untuk membeli Twitter senilai US$54,20/saham. Musk mengatakan bahwa hal tersebut merupakan penawaran terbaik dan terakhirnya.
Saham Twitter turun sekitar 1,7%, pada saat yang bersamaan. Ini juga diikuti saham Tesla yang merosot 3,6%.
Rilis data ekonomi yang melonjak pekan ini, juga mendorong spekulasi lebih lanjut tentang bagaimana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan merespon. Menurut Anggota Dewan The Fed Christopher Waller bahwa rilis data ekonomi dapat menjadi dasar untuk tindakan kebijakan lanjutan dari The Fed.
Dia juga menambahkan bahwa kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin di bulan Mei akan konsisten. "Mungkin lebih banyak lagi di bulan Juni dan Juli," katanya.
Selain itu, angka penjualan ritel di Maret sedikit meleset dari perkiraan yang naik 0,5%, didorong oleh penjualan bahan bakar, jika mengacu pada data Biro Sensus AS. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran melonjak 185.000 orang di pekan kemarin.
Musim rilis pekan depan akan dihiasi oleh tujuh emiten indeks blue-chip Dow Jones seperti IBM, Procter & Gamble, Travelers, Dow Inc, Johnson&Johnson, American Express dan Verizon. Netflix dijadwalkan akan merilis kinerja keuangan pada Selasa (19/4/2022) dan Tesla pada Rabu (20/4/2022) setelah perdagangan dibuka.
Bank of America dan Bank of New York Mellon juga akan melaporkan neraca keuangannya pada Senin (18/4/2022). Sementara itu, emiten transportasi seperti Knight-Swift dan J.B Hunt akan menyusul.
United Airlines, American Airlines dan Alaskan Air Group dijadwalkan akan merilis kinerja keuangan pekan depan. Disusul oleh, CSX dan Union Pacific.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)