
Bursa Eropa Dilabel Underweight, RI Banjir Duit Asing Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank DBS merilis insight investasi untuk kuartal II-2022 pada Rabu (13/4/2022) kemarin. Dalam rilis yang berjudul Anchor in The Storm tersebut, DBS menyebut pemulihan ekonomi yang terjadi saat ini masih mendukung untuk berinvestasi, meski ada risiko inflasi tinggi akibat kenaikan harga minyak mentah, serta menigkatnya risiko stagflasi.
Dalam rilis tersebut, DBS menurunkan proyeksi bursa saham Eropa menjadi underweight di kuartal II-2022 dari sebelumnya overweight.
Sebaliknya bursa saham Asia tidak termasuk Jepang pada kuartal I-2022 menjadi label underweight, kini berubah menjadi overweight.
DBS memberikan dua alasan memberikan label underweight bursa saham Eropa, yakni ketergantungan yang besar terhadap energi dari Rusia, dan dengan terjadinya perang Rusia - Ukraina memberikan gangguan supply energi. Kemudian yang kedua tingginya harga energi berisiko menurunkan laba perusahaan-perusahaan Eropa yang memiliki tingkat konsumsi energi tinggi.
Sebaliknya, untuk bursa saham Asia, khususnya di ASEAN, DBS menyebut kenaikan beberapa harga komoditas akan memberikan keuntungan, begitu juga dengan sektor perbankan yang bisa diuntungkan dari kenaikan suku bunga.
Melihat proyeksi DBS tersebut, ada peluang Indonesia akan kembali "kebanjiran" duit asing yang terbang dari Eropa.
Sejak perang Rusia dengan Ukraina pecah mulai 24 Februari lalu, bursa saham Eropa mengalami capital outflow yang masif.
Berdasarkan data Emerging Portfolio Fund Research (EPFR) sebagaimana dilansir Market Insider terjadi capital outflow sebesar US$ 23,4 miliar sekitar Rp 335 triliun dari pasar saham Eropa Timur beberapa pekan setelah perang terjadi.
Duit yang terbang dari Barat tersebut tentunya mencari tempat "berkembang biak" yang baru, dan negara di Timur, yang jauh dari konflik dan minim eksposur ke Rusia menjadi salah satu pilihannya.
Modal asing tidak hanya masuk ke pasar saham Indonesia, tetapi juga ke negara tetangga Malaysia.
"Aliran modal bisa berputar ke Indonesia dan Malaysia, yang memiliki kesamaan dengan Rusia dalam hal ekonomi berbasis komoditas," kata Alan Richardson, manajer portofolio di Samsung Asset Management, sebagaimana diwartakan Bloomberg, Kamis (3/3).
Pasar saham Indonesia pun banjir duit asing. Data menunjukkan sepanjang tahun ini investor asing melakukan aksi beli bersih lebih dari Rp 41 triliun di pasar reguler, tunai dan nego.
Banjir duit asing tersebut menjadi salah satu pemicu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa, bahkan sempat menembus ke atas level 7.300, dan sepanjang tahun ini sudah menguat lebih dari 10%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Langsung Ngegas Usai Libur Tahun Baru Imlek