Bursa Asia Sumringah, Tapi Shanghai Loyo

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 April 2022 17:00
foto : REUTERS/Bobby Yip
Foto: REUTERS/Bobby Yip

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup cerah pada perdagangan Rabu (13/4/2022), karena investor bereaksi positif terhadap rilis data perdagangan China pada periode Maret 2022.

Indeks Nikkei Jepang ditutup melonjak 1,93% ke level 26.843,49, Hang Seng Hong Kong menguat 0,26% ke 21.374,369, Straits Times Singapura bertambah 0,36% ke 3.342,22, ASX 200 Australia melaju 0,34% ke 7.479, KOSPI Korea Selatan melesat 1,86% ke 2.716,49, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,67% ke posisi 7.262,777.

Sementara untuk indeks Shanghai Composite China ditutup merosot 0,83% ke level 3.186,82 pada perdagangan hari ini.

Pemerintah China dalam hal ini Bea Cukai melaporkan data ekspor China pada bulan lalu tumbuh 14,7% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Angka itu berada di atas ekspektasi pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan ekspor Negeri Panda tumbuh sebesar 13% pada bulan lalu.

Sementara dari data impor China dilaporkan mengalami penurunan menjadi -0,1% pada bulan lalu (yoy), lebih rendah dari prediksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 8%.

Meski sikap investor di Asia-Pasifik cenderung sumringah, tetapi mereka tetap memantau perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di China.

Dilaporkan, Covid-19 China kembali mencatat rekor pada hari ini. Setidaknya ada 27.920 kasus tercatat di seluruh negeri, dengan 5% bergejala sementara sisanya tidak.

Mengutip Radio Televisi Hong Kong (RTHK), Komisi Kesehatan Nasional memaparkan sebagian besar kasus berada di Shanghai. Kota itu mencatat 26.330 kasus, dengan 1.189 bergejala dan 25.141 tidak.

Shanghai memang menjadi hotspot Covid-19 dan telah dikunci (lockdown) hampir dua pekan. Kemarin, Shanghai mencatat 999 kasus bergejala dan 22.348 asimtomatik.

"Pencegahan dan pengendalian epidemi di Shanghai berada pada titik kritis. Skrining terus menerus menggunakan asam nukleat dan tes antigen adalah tugas penting dalam menghentikan penularan virus," kata Komisi Kesehatan Shanghai, Wu Qianyu, dikutip dari laman yang sama.

Di lain sisi, investor di Asia-Pasifik cenderung mengabaikan sentimen dari melonjaknya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) pada Maret lalu.

Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan laju inflasi pada Maret 2022 mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Angka ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981.

"Mengembalikan inflasi ke target 2% adalah tugas paling penting bagi bank sentral. Soal secepat apa kenaikan suku bunga acuan, saya tidak ingin fokus pada hal itu," kata Lael Brainard, Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dalam wawancara bersama Wall Street Journal, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Pasar memandang komentar Brainard ini sebagai sesuatu yang agresif atau hawkish. The Fed sepertinya akan serius untuk memerangi inflasi AS yang masih meninggi dan terus berupaya untuk meredamnya.

"Pernyataan Brainard lebih hawkish dari perkiraan pasar. Brainard memberi pernyataan tanpa naskah, yang artinya lebih tegas. The Fed tidak akan santai, mereka akan bergerak cepat," kata Paul Nolte, Porfolio Manager di Kingsview Asset Management yang berbasis di Chicago, seperti dikutip dari Reuters.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.

Meski begitu, ada spekulasi bahwa inflasi Negeri Paman Sam sudah mencapai titik tertingginya dan berangsur bakal melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular