
Apa Perbedaan Resesi dan War-cession, Ini Penjelasannya..

Jika membicarakan resesi, kurang afdol jika tidak membicarakan krisis ekonomi hebat atau Great Depression. Istilah Great Depression muncul ketika terjadi krisis ekonomi di AS yang berkepanjangan selama satu dekade pada tahun 1929 hingga 1939.
Hal tersebut diawali dengan turunnya harga saham pada September 1929 dan mencapai puncak pada 24 Oktober 1929, di mana adanya penjualan saham secara masif dalam waktu sehari yang dikenal dengan sebutan Black Thursday dengan rekor sebanyak 12,9 juta saham diperdagangkan.
Penjualan saham di bursa saham AS mengakibatkan hilangnya kepercayaan terhadap pasar saham, sehingga daya beli menurun, investasi menyusut dan sektor industri bergejolak. Akibatnya, PDB AS menurun secara dramatis dari US$104,6 miliar pada tahun 1929 menjadi US$57,2 miliar di 1933.
Selain itu, angka pengangguran meningkat menjadi hampir 25% dan upah menurun. Di sisi lain, menurut Biro Tenaga Kerja AS, Indeks Harga Konsumen (IHK) AS turun 27% pada periode November 1929 hingga Maret 1933.
Karena kondisi ekonomi tidak stabil, maka investor pun menarik uang mereka dari bank secara massal yang mengakibatkan banyaknya bank yang kekurangan simpanan dan satu per satu perbankan di AS terpaksa gulung tikar.
Great Depression juga berimbas pada ekonomi negara lain, seperti Prancis yang ikut mengalami penurunan pada produksi di awal 1930-an. Selain itu, Jerman mengalami penurunan ekonomi pada awal 1929 dan kembali pulih pada kuartal ketiga di tahun itu.
Harga komoditas seperti kopi, kapas, sutera dan karet diperdagangkan lebih rendah selama periode resesi.
Namun, pada tahun 1932, Franklin Roosevelt terpilih menjadi Presiden AS dan mengeluarkan undang-undang untuk menstabilkan produksi industri dan pertanian serta menciptakan lapangan kerja untuk memulihkan ekonomi.
Dia juga mendirikan Deposit Insurance Corporation (FDIC) dan Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengatur pasar saham dan mencegah penyalahgunaan, sehingga Great Depression tidak akan terjadi lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)[Gambas:Video CNBC]