
Minyak Rusia Bak Lagu Kahitna: Kau Tak Akan Terganti...

Dalam pertemuan tersebut OPEC mempertimbangkan prospek permintaan minyak saat ini. Kondisi dirasa sangat sulit karena tidak mungkin mengganti kehilangan dalam volume yang cukup besar.
Uni Eropa mengulangi seruannya dalam pertemuan untuk negara-negara penghasil minyak untuk melihat apakah mereka dapat meningkatkan pengiriman guna membantu mendinginkan harga minyak yang melonjak, kata seorang pejabat Komisi Eropa kepada Reuters.
Perwakilan Uni Eropa juga menunjukkan, OPEC memiliki tanggung jawab memastikan pasar minyak yang seimbang, kata pejabat Komisi Eropa. Namun, OPEC telah menolak seruan Amerika Serikat (AS) serta Badan Energi Internasional untuk memompa lebih banyak minyak mentah untuk 'mendinginkan' harga.
Barkindo menegaskan bahwa pasar yang sangat bergejolak saat ini akibat "faktor non-fundamental" di mana hal ini diluar kendali OPEC. Pernyataan ini memberikan makna bahwa mereka tidak akan memompa minyak lebih banyak.
Namun, OPEC+, yang terdiri dari OPEC dan produsen lain termasuk Rusia, akan meningkatkan produksi sekitar 432.000 barel per hari pada Mei, sebagai bagian dari pengurangan bertahap yang dilakukan selama pandemi Covid-19.
Sejauh ini, dalam pertemuan itu minyak Rusia dikecualikan dari sanksi Uni Eropa. Namun, setelah blok 27 negara itu sepakat untuk memberikan sanksi kepada batu bara Rusia, di mana memang yang menjadi target utama adalah pasokan energi, mungkin minyak akan menjadi target berikutnya.
Komisi Eropa sedang menyusun proposal untuk embargo minyak di Rusia. Menteri luar negeri Irlandia, Lithuania, dan Belanda mengatakan hal itu dalam pertemuan di Luksemburg.
Meskipun tidak ada kesepakatan untuk melarang minyak mentah Rusia, Negara seperti Australia, Kanada dan Amerika Serikat, yang kurang bergantung pada pasokan Rusia daripada Eropa, telah melarang pembelian minyak dari Rusia.
Jika sanksi diberlakukan, negara-negara Uni Eropa akan terpecah. Sebagian berpikir apakah akan mengikutinya, mengingat ketergantungan mereka yang tinggi.
Ada dampak juga bagi Indonesia. Patut berhati-hati apabila boikot minyak Rusia terjadi, hal ini dapat membuat harga minyak mentah melambung tinggi dan dapat mempengaruhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Terlebih, Indonesia masih melakukan subsidi minyak tanah, BBM, dan LPG kepada masyarakatnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
