Analisis Teknikal

IHSG Rawan Koreksi, Kesaktian Bobot GOTO Dinanti

Putra, CNBC Indonesia
12 April 2022 06:50
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,10% di level 7.203,8 pada perdagangan kemarin, Senin (11/4/2022).

Meski melemah di akhir perdagangan, IHSG sempat terbang dan menyentuh level all time high intraday di 7.355,3.

Penguatan signifikan IHSG hingga berhasil tembus ke atas level 7.350 ditopang oleh penguatan saham GOTO yang baru IPO.

Mulanya saham GOTO melesat bahkan sampai 20%. Nilai kapitalisasi pasar GOTO yang mencapai lebih dari Rp 400 triliun tentu memiliki bobot terhadap IHSG yang tak kecil. Akibatnya IHSG pun terangkat.

Namun seiring dengan berjalannya perdagangan, apresiasi saham GOTO terpangkas dan hanya sukses membukukan penguatan sebesar 13%.

Kendati saham GOTO melesat lebih dari 10%, namun saham-saham big cap lain cenderung terkoreksi. Ada saham BBCA dengan market cap terbesar yang melemah 1,59% dan kemudian ada saham BBRI yang turun 0,87% cukup menjadi beban bagi indeks.

Apalagi saham-saham di kawasan Asia juga kompak ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng dan Shang Hai Composite melemah masing-masing 3,03% dan 2,61%.

Jika dibandingkan dengan kinerja indeks saham Benua Kuning lain, performa IHSG masih relatif baik tercermin dari IHSG yang menduduki ranking 1 di kawasan Asia Tenggara dan 2 di kawasan Asia Pasifik.

Untuk perdagangan hari ini, kenaikan yield obligasi pemerintah AS yang berlanjut masih menjadi salah satu momok yang patut diwaspadai.

Dengan kebijakan moneter The Fed yang bakal lebih agresif, suku bunga yang naik akan memicu kenaikan imbal hasil obligasinya. Saham-saham teknologi pun menjadi tertekan. Aset-aset berisiko pun cenderung dihindari.

Analisa Teknikal

TeknikalFoto: Teknikal
Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat level penutupan IHSG kemarin dan indikator BB, tampak bahwa indeks sempat menembus level resisten di 7.211.

Namun dilihat dari pola candle yang terbentuk adalah gravestone doji yang bisa mencerminkan adanya tren pembalikan arah dan menjadi pertanda akhir dari momentum uptrend.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

RSI cenderung berada di wilayah 68,58 yang sudah sangat dekat dengan area jenuh belinya (overbought), sehingga patut diwaspadai akan terjadinya risiko koreksi.

Untuk perdagangan hari ini, IHSG berpotensi menguji level 7.100 sebagai level support terdekat dan 7.211 sebagai level resisten terdekat. Apabila level support berhasil ditembus tak menutup kemungkinan IHSG bisa longsor ke 7.050.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular