Baru Awal Pekan Bursa Asia Rontok, Hang Seng-Shanghai Ambruk

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 April 2022 16:50
Two women stand in front of an electronic board showing Hong Kong share index outside a bank in Hong Kong, Thursday, Feb. 14, 2019. Asian stocks were mostly lower on Thursday as China and the U.S. kicked off two days of trade negotiations in Beijing. (AP Photo/Kin Cheung)
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Kin Cheung)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (11/4/2022), karena investor bereaksi terhadap data inflasi China pada Maret lalu sembari memantau perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di China.

Hanya indeks ASX 200 Australia yang ditutup di zona hijau pada hari ini, yakni menguat tipis 0,1% ke level 7.485,2.

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ambruk 3,03% ke 21.208,3 dan Shanghai Composite China ambles 2,61% ke 3.167,13.

Sedangkan indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,61% ke level 26.821,52, Straits Times Singapura terkoreksi 0,58% ke 3.363,56, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,27% ke 2.693,1, dan Indeks Harga Saham Gabungan turun 0,1% ke posisi 7.203,79.

Koreksinya bursa Asia terjadi di tengah menanjaknya inflasi China serta kondisi pandemi virus corona (Covid-19) yang masih memprihatinkan di kawasan tersebut.

Dari inflasi sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) China pada Maret lalu dilaporkan naik menjadi 1,5% secara tahunan. Sedangkan secara bulanan, IHK China pada bulan lalu malah turun menjadi 0%.

Sementara dari inflasi sektor produsen (producer price index/PPI) China pada bulan lalu cenderung turun menjadi 8,3% (year-on-year/yoy).

Rilis data inflasi tersebut terjadi ketika China sedang berjuang kembali mengendalikan gelombang terburuk Covid-19 sejak awal pandemi pada awal 2020.

Kota Shanghai melaporkan rekor jumlah kasus gabungan tertinggi pada Minggu kemarin, yakni sebesar 914 kasus dengan gejala dan 25.173 kasus tanpa gejala.

Hingga kini, Shanghai masih diberlakukan karantina wilayah (lockdown), meski seharusnya kota dengan pusat keuangan di China tersebut telah bebas gembok pekan lalu.

Selain dari inflasi China yang mulai merangkak naik dan masih memburuknya pandemi Covid-19 di China, investor di Asia-Pasifik juga terus memantau perkembangan perang Rusia-Ukraina.

Perang antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan volatilitas di pasar minyak dan komoditas lainnya, yang pada gilirannya mengganggu pasokan.

Investor juga masih mengamati rilis IHK Amerika Serikat (AS) untuk bulan Maret pada Selasa besok dan PPI pada hari Rabu waktu setempat untuk indikasi seberapa drastis bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) harus bertindak untuk mengendalikan inflasi.

Beberapa pejabat The Fed akan memberikan pernyataan hari ini dan diprediksi akan mempengaruhi pergerakan pasar di kemudian hari.

Sebelumnya pada Rabu pekan lalu, The Fed merilis risalah pertemuannya di bulan Maret, menyatakan rencananya untuk mengurangi kepemilikan obligasinya sebanyak US$ 95 miliar per bulan.

Tidak hanya itu, mereka juga mengindikasikan potensi kenaikan suku bunga acuannya sebanyak 50 basis poin di pertemuan berikutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular