
Permintaan China Lesu, Harga Nikel Dunia Layu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia ambruk setelah permintaan dari China mulai seret serta bangkitnya Covid-19 di Negeri Panda tersebut.
Pada Senin (4/11/2022) pukul 15.20 WIB harga nikel tercatat US$ 32.750/ton, ambles 3,26% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.
Harga nikel sempat meninggi dan tingginya harga membuat para produsen baja tahan karat (stainless steel) kesulitan membeli nikel untuk kemudian diolah.
"Beberapa pabrik stainless steel tidak membeli apapun sejak Februari karena harga nikel yang bergejolak di London Metal Exchange," kata salah satu produsen kepada Fastmarkets, dilansir Reuters, Senin (11/4/2022).
Tetapi penyebaran Covid-19 di China yang terus memecahkan rekor kasus setiap harinya membuat pelaku pasar khawatir tentang konsumsi hilir.
"Pengiriman lambat dan beberapa bijih nikel (NPI) tidak dapat dikirimkan tepat waktu ke hilir karena tindakan pengendalian Covid-19 lokal yang lebih ketat," kata seorang pedagang kepada Fastmarkets, dilansir Reuters, Senin (11/4/2022).
"Kami juga khawatir dengan konsumsi (stainless steel) karena biasanya tingkat produksi (lebih tinggi) sekarang karena kekuatan musiman stainless steel yang akan datang pada bulan April dan Mei, tetapi kami belum melihatnya," katanya.
Stainless steel sendiri merupakan produk hilir yang menyerap kurang lebih 70% konsumsi nikel dunia. Permintaan yang lesu akan jadi sentimen negatif bagi harga nikel.
Terlebih lagi lesunya permintaan yang berasal dari China yang merupakan konsumen utama nikel di dunia. China adalah konsumen terbesar nikel di dunia sebesar 1,31 juta ton pada 2020, mengacu data Statista. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap laju harga nikel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Omicron Makan Korban Jiwa, Harga Nikel Jatuh!