
Setelah 'Ngegas' Terus, IHSG Hari Ini Bakal Istirahat Sejenak

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor minggu lalu. Indeks saham acuan nasional tersebut tembus level all time high setelah menguat 1,17% ke level 7.210,84.
Aliran dana asing berupa net buy pekan lalu juga terbilang jumbo, yaitu senilai Rp 1,37 triliun di pasar reguler dan Rp 46 miliar di pasar negosiasi. Sehingga, di seluruh pasar asing net buy Rp 1,41 triliun.
Mayoritas bursa saham Asia juga mengalami apresiasi pekan lalu. Imbal hasil yang ditorehkan oleh IHSG hanya kalah dari bursa Filipina dengan gain mencapai 1,33%.
Di kawasan Asia dan Asia Pasifik, IHSG menduduki peringkat kedua. Kemudian disusul oleh Indeks SETi Thailand dengan kenaikan 0,4% di posisi ketiga.
Pasar saham AS ditutup variatif akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones menguat sendirian dengan apresiasi 0,4%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite melemah masing-masing 0,27% dan 1,34%.
Sentimen yang mewarnai perdagangan pekan lalu adalah tone atau nada kebijakan moneter the Fed yang lebih agresif jika mengacu pada risalah rapat komite pengambil kebijakan FOMC.
The Fed bisa saja menaikkan suku bunga acuan lebih agresif tidak hanya 25 bps tapi bisa langsung 50 bps. Selain itu, the Fed juga mulai mensinyalkan rencana untuk melakukan kebijakan kontraksi neracanya sebesar US$ 95 miliar per bulan.
Untuk pekan ini investor global akan mencermati musim rilis keuangan emiten saham AS yang dimulai dari perbankan yaitu CitiGroup, Goldman Sachs, Morgan Stanley dan Wells Fargo.
Dari dalam negeri juga sebentar lagi akan ada rilis laporan keuangan kuartal pertama dari perbankan serta akan ada rilis data perdagangan internasional bulan Maret 2022 tepatnya pada 15 April nanti.
Analisa Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG pekan lalu dan indikator BB, tampak bahwa indeks terus bergerak uptrend dan membentuk level resisten baru.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung bergerak naik mengindikasikan penguatan momentum beli. RSI ditutup di level 69,5 yang sudah sangat mepet dengan level jenuh belinya.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 tetap berada di atas garis EMA 26 dan bar histogram menguat di zona positif.
Jika mempertimbangkan aspek teknikal dan apresiasi yang mengantarkannya ke level all time high, ada potensi IHSG untuk terkonsolidasi dulu hari ini meski potensi untuk menghijau di awal perdagangan cukup terbuka. IHSG berpotensi menguji level 7.034-7.187.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000