The Fed Bikin Harga Minyak Lesu Pekan Ini, Kok Bisa?

adf, CNBC Indonesia
10 April 2022 11:40
The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia lesu dalam sepekan ini setelah sempat berusaha rebound di awal pekan. Harga minyak masih dalam tren penurunan sejak minggu keempat Maret lalu.

Menurut data Refinitiv, harga minyak jenis Brent turun 1,54% dalam sepekan ke posisi US$ 102,78/barel, sedangkan minyak jenis WTI hanya naik tipis 0,02% ke level US$ 98,26/barel.

Sentimen negatif dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed menjadi salah satu penekan harga minyak.

Tepatnya, soal kemungkinan The Fed bakal lebih agresif dalam menaikkan suku bunga kian membesar. Ini terlihat dari notula rapat (minutes of meeting) edisi Maret 2022.

Dalam rapat tersebut, terlihat bagaimana 'suasana kebatinan' Jerome 'Jay' Powell dan kolega. Tampak bahwa aroma pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif begitu terasa.

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan bulan lalu. Pelaku pasar memperkirakan bakal ada enam kali kenaikan lagi sepanjang tahun ini, yang juga terlihat dalam dotplot terbaru The Fed.

Saat suku bunga acuan Negeri Paman Sam tinggi, maka akan ikut mendongkrak imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS. Hasilnya, peluang penguatan dolar AS sangat besar.

Minyak adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS menguat, minyak jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan minyak turun, harga pun akan mengikuti.

Selain itu, kenaikan harga minyak juga dipengaruhi oleh perkembangan konflik Rusia-Ukraina. Uni Eropa memutuskan untuk melakukan embargo terhadap batu bara asal Rusia. Kebijakan ini akan berlaku penuh pada pertengahan Agustus 2022, sebulan lebih lambat ketimbang perkiraan.

Namun untuk minyak, Uni Eropa belum menentukan sikap. Maklum, Benua Biru bisa dibilang sangat tergantung dengan pasokan minyak dari Negeri Beruang Merah.

International Energy Agency (IEA) mencatat, sejumlah negara Eropa memang banyak mendatangkan minyak asal Rusia. Belgia, misalnya, sekitar 23% impor minyak mentah datang dari Rusia. Di Finlandia angkanya bahkan mencapai 80%.

"Sekitar 60% ekspor minyak Rusia ditujukan kepada negara-negara OECD di Eropa. Disusul oleh China sebanyak 20%," sebut laporan IEA.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Omicron Tak Lagi Mengkhawatirkan, Harga Minyak Melesat 8%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular