
Dolar AS Sedang Garang, Rupiah Mampu Menguat Tipis Pekan Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan ini bergerak tipis-tipis saja melawan dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang kuat-kuatnya. Dalam lima hari perdagangan, rupiah menguat 2 kali dan melemah 3 hari beruntun.
Pada perdagangan Jumat (8/4/2022), rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.360/US$, melemah tipis 0,01% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Posisi tersebut lebih baik ketimbang siang tadi, rupiah sempat menyentuh Rp 14.377/US$.
Meski melemah 3 hari beruntun, sepanjang pekan ini rupiah masih mampu menguat 0,03%.
Pergerakan rupiah tersebut sejalan dengan pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat sore ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Jumat (8/4) pukul 8:58 WIB | Kurs Jumat (8/4) pukul 15:59 WIB |
1 Pekan | Rp14.272,0 | Rp14.266,3 |
1 Bulan | Rp14.381,9 | Rp14.377,8 |
2 Bulan | Rp14.401,0 | Rp14.382,0 |
3 Bulan | Rp14.414,0 | Rp14.395,0 |
6 Bulan | Rp14.480,0 | Rp14.461,0 |
9 Bulan | Rp14.562,0 | Rp14.543,0 |
1 Tahun | Rp14.681,0 | Rp14.663,0 |
2 Tahun | Rp15.022,2 | Rp15.033,6 |
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan cadangan devisa di bulan Maret turun cukup besar, US$ 2,3 miliar menjadi US$ 131,9 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2021.
Menurut BI salah satu penyebab penurunan cadangan devisa yakni pembayaran utang pemerintah. Sejak pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) melanda, yang pemerintah memang terus meningkat.
Sementara hari ini BI melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di 111 pada Maret 2022. Indeks di atas 100 menandakan konsumen masih optimistis dalam memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.
Akan tetapi, optimisme tersebut terpantau turun. Sebab pada Februari 2022, IKK tercatat 113,1. Penurunan cadangan devisa dan IKK tersebut membuat rupiah kurang bertenaga pada hari ini.
Sementara dolar AS sedang kuat-kuatnya. Indeks dolar AS sore ini menguat 0,21% ke 99,95. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei 2020. Sebelum hari ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah menguat 6 hari beruntun dengan total sekitar 2%.
Perkasanya dolar AS tak lepas dari sikap agresif The Fed di tahun ini guna meredam kenaikan inflasi.
Rilis notula rapat kebijakan moneter edisi Maret kemarin menunjukkan bagaimana agresifnya The Fed akan bertindak. Tidak hanya akan menaikan suku bunga, neraca (balance sheet) The Fed juga akan dikurangi dengan nilai yang jumbo. Dengan mengurangi nilai neraca, artinya The Fed akan melepas obligasi pemerintah dan efek beragun aset yang dimiliki, sehingga bisa menyerap likuiditas.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Jauh Lebih Agresif Ketimbang 2013
