Intip Saham-Saham Koleksi Orang-orang Terkaya RI

Tim Riset, CNBC Indonesia
08 April 2022 16:10
Infografis: Top! 4 Konglomerat RI Masuk Jajaran Orang Terkaya Sedunia
Foto: Infografis/Top! 4 Konglomerat RI Masuk Jajaran Orang Terkaya Sedunia/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama-nama Hartono Bersaudara, keluarga Widjaja sampai Anthoni Salim tentu bukan nama yang asing di dunia pasar saham Indonesia. Mereka adalah penghuni tiga besar orang paling tajir se-Indonesia hingga akhir 2021 versi Forbes.

Lewat kejelian dan kepiawaiannya, para orang terkaya di Tanah Air tersebut sukses membangun grup konglomerasi yang memiliki fokus multi-sektor, mulai dari industri rokok, perbankan, properti, consumer goods, sampai perkebunan.

Berkaitan dengan itu, mayoritas para orang terkaya di RI tercatat memiliki porsi kepemilikan saham dan, dalam taraf tertentu, juga mengendalikan emiten-emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berikut ini daftar 10 orang terkaya di Indonesia versi Forbes yang tercatat memiliki saham di emiten-emiten bursa.

Mari kita jelaskan sedikit di bawah soal kekayaan dari 3 nama teratas.

Duo Hartono dan BCA-nya yang Fenomenal

Apabila menilik data di atas, duo Hartono memang belum tergoyahkan dari daftar peringkat pertama orang paling tajir di RI.

Secara tradisional, sumber kekayaan Hartono Bersaudara memang berawal dari bisnis rokok di bawah panji Grup Djarum.

Namun, ceritanya menjadi berbeda ketika pada 2022 konsorsium Grup Djarum via Farindo Investment mengambil alih 51% total saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA melalui proses tender strategic private placement.

Sejak saat itu, the Hartono Brother sukses menyulap BCA dari bank yang sakit akibat terdampak krisis ekonomi 1998 menjadi emiten bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa saat ini.

Sejak melantai di bursa saham, return saham BBCA mencapai 22.500-an persen jauh melampaui kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang memberikan return 1.450-an persen pada periode yang sama.

Selain menjadi perusahaan paling valuable dengan market cap terbesar di bursa domestik, kontribusi saham BBCA terhadap IHSG juga mencapai lebih dari 12%. Selain karena track record kinerja yang mumpuni selama dua dekade terakhir, aksi korporasi yang rajin dilakukan BBCA berupa pemecahan nilai nominal sahamnya (stock split) juga mendorong likuiditas transaksi saham BBCA meningkat diikuti dengan partisipasi investor lokal maupun asing.

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia sejak debut di pasar modal Tanah Air, BBCA tercatat sudah 4x melakukan stock split. Pertama pada 15 Mei 2001, kedua pada 8 Juni 2004, ketiga pada 28 Januari 2008 dan terakhir tahun lalu tepatnya 15 Oktober 2021.

Bahkan setelah stock split tahun lalu, nilai kapitalisasi pasar BBCA sempat tembus Rp 1.000 triliun dan menjadi perusahaan publik Tanah Air pertama yang sukses mencatatkan rekor tersebut.

Selain mengendalikan BBCA, duo Hartono juga memiliki emiten menara telekomunikasi PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan, yang teranyar, pengelola Ranch Market, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC).

Lewat CPO sampai Properti Keluarga Widjaja Berjaya

Kekayaan keluarga Widjaja, yang mewarisi kerajaan bisnis Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari 2019 di usia 98 tahun, ditaksir mencapai US$ 9,7 miliar.

Kekayaan tersebut diperoleh dari konglomerat bisnis Sinar Mas yang bergerak di berbagai industri, termasuk kertas, properti, pertambangan, jasa keuangan, kesehatan dan perkebunan sawit (produsen minyak sawit mentah sampai minyak goreng).

Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia sebelumnya, asal usul kekayaan keluarga ini terkait kemunculan minyak goreng bermerek Bimoli lebih dari setengah abad lalu. Tepatnya, minyak goreng itu muncul pada 1968 dan diproduksi lewat CV Bitung Manado Oil Limited.

CV Bitung Manado Oil sendiri didirikan oleh Oei Ek Tjong, yang belakangan dikenal sebagai Eka Tjipta Widjaja (1923-2019). Ketika masih kecil dia dibawa dari kampung kelahirannya, Quangzhou, Fujian, Tiongkok ke Hindia Belanda. Saat itu, ayahnya kemudian mengadu nasib di Makassar.

Pada awal 1960an Eka Tjipta mendirikan CV Sinar Mas, sebuah perusahaan ekspor-impor untuk mengirim hasil bumi dan mengimpor tekstil.

CV Sinar Mas adalah salah satu penanda utama kejayaan Eka Tjipta, terutama setelah Bimoli sukses menguasai 60% pasar minyak goreng.

Saat ini, kelompok bisnis Eka Tjipta dinamai Sinar Mas Group, dengan beragam perusahaan yang berfokus ke sejumlah lini bisnis. Di sektor perkebunan sawit sendiri, Grup Sinar Mas punya PT SMART Tbk (SMAR).

Anthoni Salim, Sang Pewaris Takhta Grup Salim

Nakhoda Grup Salim ini akhirnya kembali masuk daftar orang terkaya setelah empat tahun absen dari posisi puncak. Kekayaan bersihnya diperkirakan mencapai US$ 8,5 miliar meningkat 44% karena investasinya pada saham-saham yang sedang naik daun tahun ini seperti Emtek dan operator pusat data PT DCI Indonesia Tbk (DCII) melambung tinggi.

Konglomerasi Grup Salim juga memiliki gurita bisnis di berbagai sektor mulai dari sektor konsumer, jasa keuangan, perkebunan hingga teknologi, dengan 9 emiten tercatat melantai di bursa termasuk Indofood, induk Indomaret (DNET) dan duo emiten sawit LSIP-SIMP.

Keluarga Salim juga memiliki saham di perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong, First Pacific, yang memiliki aset sebesar $27 miliar di enam negara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BCA Untung Gede, Duit Duo Hartono Tambah Berapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular