
Kisah Mantan Sopir Angkot Jadi Orang Terkaya RI, Hartanya Rp 1.173 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Harta kekayaan Prajogo Pangestu melonjak drastis pada tahun ini. Berdasarkan catatan The World's Real-Time Billionaires Forbes, harta pemilik Grup Barito Pacific itu saat ini telah menyentuh US$ 72,9 miliar atau setara Rp 1.173,25 triliun.
Dengan harta kekayaan itu, per 24 Mei 2024, Prajogo menempati posisi ke-22 orang terkaya di dunia. Harta kekayaannya itu melonjak drastis dari posisi per 2023 senilai US$ 5,3 miliar atau setara Rp 85,32 triliun. Pada tahun itu, ia merupakan orang terkaya kedua di Indonesia, versi Indonesia's 50 Richest List milik Forbes.
Melonjaknya harta Prajogo setahun terakhir ditopang oleh kenaikan harga saham-saham perusahaan yang dimilikinya. Di antaranya PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Sejarah Karir Bisnis Prajogo Pangestu
Anak pedagang karet ini mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat menengah pertama, karena keterbatasan ekonomi keluarganya.
Lahir dan besar di Kalimantan, Prajogo mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak. Ia juga membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual bumbu dapur dan ikan asin.
Di sela-sela pekerjaan itu, Prajogo bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Burhan Uray. Dari pertemuan itu, pada 1969 Prajogo memutuskan bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup.
Lantaran etos kerja yang tinggi, Prajogo pun berhasil mendapatkan jabatan General Manager Pabrik Plywood Nusantara setelah tujuh tahun mengabdi pada grup yang menaunginya tersebut.
Hanya setahun saja Prajogo menjabat sebagai GM Djajanti Group. Ia putuskan resign dan membeli sebuah perusahaan yang sedang krisis finansial. Nama perusahaan tersebut adalah CV Pacific Lumber Coy.
Prajogo meminjam sejumlah dana pada sebuah bank untuk membeli perusahaan kayu ini. Hebatnya, ia dapat mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun. Perusahaan inilah yang kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific. Pada masa orde baru, perusahaan ini maju pesat menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia.
Namun kesuksesan ini tidak menghentikan langkah Prajogo untuk terus berkembang. Selanjutnya, ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrochemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
Perusahaannya Barito Pacific Timber telah melakukan go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada 2007.
Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di BEI. Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021.
Pada 2023, Prajogo juga telah membawa dua perusahaannya, CUAN dan BREN, melantai di bursa RI.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar 5 Orang Terkaya RI, Hartono Terpental ke Posisi 3
