Bursa Asia Lagi-Lagi Ambles! IHSG Sakti Hijau Sendirian

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 April 2022 16:53
A man is reflected on an electronic board showing a graph analyzing recent change of Nikkei stock index outside a brokerage in Tokyo, Japan, January 7, 2019. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (7/4/2022), di tengah potensi sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang semakin agresif untuk mengekang inflasi agar tidak terus meninggi.

Indeks Nikkei Jepang memimpin koreksi bursa Asia-Pasifik pada hari ini, di mana Nikkei ditutup ambruk 1,69% ke level 26.888,57. Saham penyedia toko ritel Uniqlo yakni Fast Retailing ambles 3,36%.

Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong juga ditutup ambles 1,23% ke level 21.808,98. Saham teknologi China di Hong Kong menjadi pemberat indeks Hang Seng pada hari ini. Indeks teknologi Hang Seng ditutup ambruk 2,38%.

Saham Bilibili ditutup ambrol 4,35%, sedangkan saham Alibaba berakhir merosot 1,67%.

Vey-Sern Ling, direktur pelaksana di UBP mengatakan bahwa saham-saham teknologi yang terdaftar di Hong Kong menghadapi "pertemuan hambatan", karena masih adanya ketegangan geopolitik dengan Rusia, sentimen dari kenaikan suku bunga bank sentral AS, dan potensi delisting perusahaan-perusahaan China di AS.

"Jika Anda mengambil pandangan jangka panjang, mungkin bukan ide yang buruk untuk mendapatkan eksposur di sektor tersebut saat ini," kata Ling, dikutip dari CNBC International.

Sementara bursa Asia-Pasifik lainnya juga ditutup di zona merah pada hari ini. Indeks Shanghai Composite China ambrol 1,42% ke 3.236,7, ASX 200 Australia melemah 0,63% ke 7.442,8, Straits Times Singapura terkoreksi 0,55% ke 3.404,23, dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 1,43% ke posisi 2.695,86.

Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan hari ini, yakni menguat 0,33% ke level 7.127,367.

Investor di Asia-Pasifik cenderung khawatir dengan potensi sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang semakin agresif untuk mengekang inflasi agar tidak terus meninggi.

Hasil rapat The Fed mengindikasikan bahwa para pejabat bank sentral "secara umum sepakat" mengurangi neraca keuangannya sebesar US$ 95 miliar per bulan.

Selain itu, mereka juga mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) yang lebih agresif dari sekadar 25 basis poin (bp). Bursa saham AS anjlok ketika notula rapat tersebut dirilis, meski kemudian di penghujung perdagangan laju koreksi kian berkurang.

"Banyak peserta rapat mencatat bahwa-dengan inflasi di atas target Komite [Pasar Terbuka Federal/FOMC], risiko inflatoir masih meninggi, dan Fed Funds Rate di bawah estimasi peserta pasar dalam jangka panjang-mereka condong pada kenaikan sebesar 50 basis poin di rentang waktu yang ditargetkan," demikian tertulis dalam risalah rapat tersebut.

Terungkapnya sikap agresif The Fed sempat membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar melesat ke 2,65%, yang merupakan level tertinggi dalam 3 tahun terakhir pada Rabu kemarin waktu AS.

Hal ini membuat saham-saham teknologi di Negeri Paman Sam kembali ambruk karena kenaikan suku bunga acuan bakal memukul beban bunga pendanaan mereka. Anjloknya saham-saham teknologi di AS pun berimbas ke saham-saham teknologi di Asia-Pasifik pada hari ini.

Di lain sisi, investor juga menunggu rincian sanksi terbaru dari negara Barat terhadap Rusia setelah muncul bukti potensi kejahatan perang di Ukraina.

Para menteri luar negeri NATO berkumpul di Brussel, Belgia kemarin, guna membahas perang antara Rusia-Ukraina.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular