
Benny Nurdin, Mantan Dosen & Broker yang Giring SICO IPO

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon emiten baru yang bergerak di sektor logistik dan optimasi migas, PT Sigma Energy Compressindo baru saja menyelesaikan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO). Perusahaan menggunakan kode saham SICO
Secara rinci, perseroan bergerak dalam bidang usaha Jasa Penyewaan alat-alat untuk monetisasi minyak dan gas suar bakar dengan menggunakan teknologi kompresi untuk penurunan emisi gas rumah kaca.
Perusahaan menyebut akan menerbitkan 270 juta saham baru yang setara 29,67% modal ditempatkan di harga Rp 230/unit dan menargetkan dana penawaran hingga Rp 62,10 miliar.
Rencananya, sebanyak Rp 26,6 miliar dana hasil IPO (44,75%) akan digunakan Sigma Energy untuk pengembangan usaha perseroan. Kemudian, sebanyak Rp 23,62 miliar (39,75%) akan digunakan sebagai modal kerja perusahaan.
Perusahaan berencana memakai Rp 9,21 miliar (15,50%) dana hasil IPO untuk membayar utang perseroan kepada PT Bank KEB Hana Indonesia.
Hingga akhir kuartal tiga tahun lalu, perusahaan memiliki jumlah aset yang naik dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 70,74 miliar. Ekuitas perusahaan pada periode yang sama juga meningkat 22,72% menjadi Rp 40,81 miliar.
Dengan menerbitkan 270 juta saham, artinya setelah IPO perusahaan memiliki total 910 juta saham beredar. Ekuitas perusahaan juga naik menjadi 102,92 miliar setelah memperoleh dana IPO. Dengan demikian nilai buku (book value) perusahaan tercatat sebesar Rp 113,09 per saham. Dengan harga penawaran Rp 230 per saham, berarti PBV perusahaan adalah sebesar 2,03 kali nilai bukunya pasca IPO.
Pendapatan perusahaan dalam tiga kuartal pertama tahun 2021 lalu meningkat tipis dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 55,03 miliar, sedangkan laba bersihnya juga meningkat 8,74% menjadi Rp 6,84 miliar.
Siapa pemilik Sigma Energy?
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perusahaan diketahui bahwa sebelum IPO Sigma Energy dimiliki oleh PT Sigma Energy Utama (90%) dan Patricia Gitta Chandra (10%). Setelah IPO sahamnya keduanya akan menyusut menjadi masing-masing 63,30% dan 7,03%, dengan 29,67% sisanya akan dimiliki oleh investor publik.
Sementara itu, 66,67% saham PT Sigma Energy Utama dimiliki oleh Benny Nurdin yang juga menjabat sebagai komisaris utama perusahaan, dan secara rangkap menjabat sebagai direktur utama di anak perusahaan yang akan IPO.
![]() Benny Nurdin, Direktur Utama Sigma Energy |
Adapun sepertiga lain dari saham PT Sigma Energy Utama dimiliki oleh Ernawati yang juga menjabat sebagai direktur di entitas pengendali tersebut. Dengan kata lain, sebelum IPO Benny menguasai 60% saham Sigma Energi Compressindo secara tidak langsung. Dengan kepemilikan tersebut ia juga tercatat sebagai pengendali dan penerima manfaat terakhir (ultimate beneficial owner) perusahaan.
Berdasarkan prospektus perusahaan, Benny diketahui lahir di Jakarta, 01 Agustus 1968, mulai menjabat sebagai Direktur Utama sejak 26 Januari 2011.
Warga Negara Indonesia (WNI) berusia 53 tahun tersebut memiliki pendidikan formal terakhir yang ditempuh berupa Sarjana Hukum Bisnis, Universitas Indonesia dan Sarjana Akuntansi, Universitas Trisakti. Di UI Benny lulus Tahun 1994, sedangkan di Trisakti lulus tahun 1991.
Situs resmi perusahaan juga menyebutkan bahwa Benny sebelumnya sempat berprofesi sebagai dosen di Universitas Pelita Harapan (1998-2005).
Sejatinya para pelaku pasar kawakan sudah tidak asing dengan sosok Benny Nurdin. Pasalnya, Benny bukan orang baru di dunia pasar modal setelah malang melintang di industri ini selama 20 tahun. Tercatat Benny menjabat sebagai direktur utama Trust Sekuritas sejak tahun 1999-2007. Bahkan sampai saat ini Benny masih menjabat sebagai komisaris independen broker tersebut sejak tahun 2020.
Bahkan selain Direksi Utama, Komisaris Independen SICO juga tercatat pernah bekerja di Trust Sekuritas. Tercatat Dodi Prawira Amtar yang merupakan Komisaris Independen SICO pernah menjabat sebagai Senior Advisor di Trust Sekuritas dari tahun 2006 hingga 2009.
Trust Sekuritas sendiri merupakan broker yang sudah berdiri lama di pasar modal dan menjadi anggota bursa. Broker berkode BR ini didirikan tahun 1981 dan berkantor pusat di Permata Senayan, Jakarta Selatan.
(RCI/RCI)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000