
Para "Merpati" The Fed Berubah Jadi "Elang", Rupiah Tumbang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (6/4/2022) setelah sebelumnya mencatat penguatan tipis-tipis dalam 3 hari beruntun. Indeks dolar AS yang terus menanjak akhirnya membuat rupiah tumbang.
Melansir data Refinitiv, rupiah melemah tipis 0,03% ke Rp 14.350/US$ di pembukaan perdagangan. Seiring berjalannya waktu depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,17% ke Rp 14.370/US$ pada pukul 9:09 WIB.
Tanda-tanda pelemahan rupiah sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang pagi ini lebih lemah ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.
Periode | Kurs Selasa (5/4) pukul 15:13 WIB | Kurs Rabu (6/4) pukul 8:58 WIB |
1 Pekan | Rp14.355,0 | Rp14.264,0 |
1 Bulan | Rp14.361,0 | Rp14.375,0 |
2 Bulan | Rp14.373,0 | Rp14.385,0 |
3 Bulan | Rp14.390,0 | Rp14.402,5 |
6 Bulan | Rp14.451,0 | Rp14.468,0 |
9 Bulan | Rp14.536,0 | Rp14.560,0 |
1 Tahun | Rp14.643,0 | Rp14.660,0 |
2 Tahun | Rp14.918,0 | Rp14.989,9 |
Indeks dolar AS lagi-lagi menguat 0,5% pada perdagangan Selasa ke 99,47 yang merupakan level tertinggi dalam nyaris 2 tahun terakhir. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah naik 4 hari beruntun dengan total 1,7%.
Pagi ini, indeks dolar AS kembali naik 0,12% ke 99,6 yang membuat rupiah tertekan.
Terus menanjaknya indeks dolar AS tidak lepas dari ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) sebesar 50 basis poin menjadi 0,75% - 1% pada bulan depan.
Ekspektasi tersebut semakin dikuat setelah dua pejabat elit The Fed yang selama ini dikenal sebagai "merpati" alias bersikap dovish berubah menjadi "elang" alias hawkish.
Secara umum dovish merupakan sikap yang lebih pro terhadap kebijakan moneter longgar, sebaliknya hawkish mendukung pengetatan.
Gubernur The Fed Lael Brainard dan Presiden The Fed San Fransisco Mary Daly merupakan dua pejabat elit yang secara historis selalu bersikap dovish. Tetapi, kali ini keduanya bersikap hawkish yang membuat pasar semakin yakin The Fed akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini.
"Sangat penting untuk menurunkan inflasi. Komite Pasar Terbuka (Federal Open Markety Committee/FOMC) The Fed akan terus mengetatkan kebijakan moneter secara metodis dengan serangkaian kenaikan suku bunga dan mulai mengurangi nilai neraca dengan cepat, dan bisa dilakukan di bulan Mei," kata Brainard sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (5/4/2022).
Sementara itu Daly menilai inflasi tinggi sama buruknya dengan pengangguran.
"Kenaikan suku bunga diperlukan untuk memastikan Anda tidur di malam hari dengan tenang, tidak khawatir apakah harga-harga akan semakin tinggi, memikirkan harga akan naik besok," kata Daly.
Pasar kini melihat probabilitas sebesar 76% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan depan, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group. Rupiah pun akhirnya tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
