
Awal April Bursa Asia Ditutup Mixed, Shanghai Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Jumat (1/4/2022), setelah pada awal perdagangan hari ini sempat terkoreksi karena investor merespons dari melambatnya data aktivitas manufaktur China.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 0,19% ke level 22.039,55, Shanghai Composite China melesat 0,94% ke 3.282,72, Straits Times Singapura menguat 0,31% ke 3.419,11, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,1% ke posisi 7.078,76.
Sementara untuk indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,56% ke level 27.665,98, KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,65% ke 2.739,85, dan ASX 200 Australia turun tipis 0,08% ke posisi 7.493,8.
Dari China, data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Maret 2022 versi Caixin/Markit dilaporkan berkontraksi menjadi 48,1 dari sebelumnya pada periode Februari lalu di angka 50,4.
Sebelumnya pada Kamis kemarin, data PMI manufaktur China periode Maret 2022 versi NBS juga dilaporkan berkontraksi menjadi 49,5, dari sebelumnya pada periode Februari lalu di angka 50,2.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, dan di atas 50 berarti ekspansi.
Data tersebut muncul saat China kembali dihadapi oleh lonjakan kasus virus corona (Covid-19) yang paling parah sejak pandemi dimulai.
"Kontraksi PMI manufaktur jelas karena wabah Covid-19 Omicron. Jika Anda melihat indikator frekuensi tinggi, hingga wabah omicron, indikator tersebut benar-benar membaik dan cukup kuat," kata Dan Fineman, co-head of Asia-Pacific equity strategy di Credit Suisse, dikutip dari CNBC International.
Sementara itu, sentimen pada produsen besar Jepang memburuk pada kuartal I-2022, menurut survei sentimen bisnis Tankan triwulanan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ). Indeks utama untuk sentimen produsen besar berada di angka 14 pada kuartal I-2022, dari pembacaan sebelumnya pada kuartal IV-2021 di angka 17.
Di lain sisi, investor terus memantau perkembangan dari konflik Rusia-Ukraina, di mana Diskusi damai antara Rusia dan Ukraina telah menghasilkan kemajuan walaupun sedikit.
Namun, Ukraina dan sekutu Baratnya tetap skeptis terhadap janji Moskow dan legitimasi komitmen pada mundurnya sebagian pasukan Rusia di Ukraina utara.
Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa ekspor gas ke Eropa akan dihentikan mulai hari ini, kecuali jika mereka membayar dalam rubel. Sehingga, meningkatkan kekhawatiran krisis pasokan energi global.
Namun, para pemimpin Eropa telah mengindikasikan bahwa permintaan tersebut tidak akan dipenuhi.
Sementara itu di Amerika Serikat (AS), Presiden Joe Biden diperkirakan akan memanfaatkan hingga 180 juta barel cadangan minyak pemerintah selama enam bulan ke depan untuk mengatasi kenaikan harga energi setelah konflik Rusia-Ukraina, berdasarkan pernyataan dari Gedung Putih Kamis kemarin.
Hal itu akan menjadi rilis terbesar dari stok minyak strategis dalam sejarah, menurut RBC Capital Markets. Akibat rencana kebijakan ini, harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Mei turun 4,9% menjadi US$ 107,91 per barel.
AS dan sekutunya telah berusaha menurunkan harga minyak dengan menggunakan cadangan strategis sebelumnya, tetapi efeknya biasanya berumur pendek.
Anggota Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) setuju untuk melepaskan 60 juta barel pada 1 Maret, tetapi minyak mentah Brent naik lebih dari 7% hari itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
