Dari Bos Properti Hingga Anak Presiden Ada di Balik Wir Asia
Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu perusahaan penyedia dunia metaverse, PT Wir Asia Tbk (WIRG), menetapkan harga penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) yaitu Rp 168 per saham.
Dalam prospektus, Selasa (29/2/2022) WIR menawarkan sebanyak 2.337.090.000 dengan nilai nominal Rp 5 setiap saham atau mewakili sebanyak 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. WIR menargetkan himpunan dana sebesar Rp 392.631.120.000.
Untuk diketahui WIRG menjelaskan bahwa pemegang saham terbesar pra-IPO adalah PT Wir Global Kreatif (WGK) dengan kepemilikan 22,46% dan PT Laut Biru Teknologi (LBT) 36,01%. Sisanya tersebar ke sejumlah entitas dan individu.
Asal tahu saja, Laut Biru merupakan entitas yang dikuasai mantan bos emiten properti PT Alam Sutra Realty Tbk. (ASRI) Tri Ramadi. Belakangan, setelah meninggalkan Alam Sutera, Tri mendirikan sayap properti baru bernama Vasanta Group.
Mengacu pada prospektus, WIRG merupakan salah satu perusahaan yang berkontribusi di perkembangan ekosistem metaverse dunia yang dibahas pada media internasional Forbes.ge.
Selain itu, banyak pemegang saham WIRG yang namanya sudah tidak asing lagi di kalangan pelaku pasar maupun khalayak ramai.
Beberapa nama tersebut seperti Zannuba Arifah Chafsoh Rahman atau yang dikenal sebagai Yenni Wahid putri mediang presiden RI ke-4 Gus Dur yang memegang 2,4% saham perseroan sebelum IPO.
Selanjutnya ada juga nama Pieter Tanuri sebagai salah satu businessman dibalik PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) dan pemegang saham Bali United (BOLA) yang memiliki 0,51% saham WIRG sebelum IPO.
Ada juga nama Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningkrat yang menjadi direktur utama emiten energi PT Indika Energy Tbk (INDY) yang memegang 0,13% saham perseroan.
Mengacu pada laporan keuangan perseroan pada Juli 2021, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 348 miliar. Angka ini naik dari Rp 278,3 miliar pada periode yang sama tahun 2020.
Sebanyak 68% pendapatan dikontribusikan oleh segmen penjualan voucher pulsa dan listrik. Sisanya datang dari pengembangan aplikasi perangkat lunak, iklan media digital, konsultasi merek, komisi dan konsultasi serta sewa peralatan penyiaran.
Meskipun secara top line pertumbuhannya pesat, namun laba bersih WIRG yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun dari Rp 17,16 miliar menjadi Rp 7,57 miliar. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan beban usaha dari Rp 17,28 miliar pada Juli 2020 menjadi Rp 24,45 miliar pada Juli 2021.
Selain itu perseroan juga mencatatkan beban provisi kerugian ekspektasian piutang usaha senilai Rp 4,55 miliar pada Juli 2021.
(RCI/dhf)