
Awas! Harga Emas Diramal Ambrol US$ 100, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia masih berfluktuasi dalam dua pekan terakhir setelah bergerak bak roller coaster di awal bulan. Logam mulia ini nyaris mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada 8 Maret lalu dengan mencapai level US$ 2.069/troy ons, kemudian berbalik ambrol hingga ke bawah US$ 1.900/troy ons.
Untuk diketahui, rekor tertinggi sepanjang masa emas berada di kisaran US$ 2.072/troy ons yang dicapai pada 7 Agustus 2020 lalu. Sementara pada perdagangan Kamis (31/3/2022) pukul 15:57 WIB diperdagangkan di kisaran US$ 1.926/troy ons, melemah 0,35% dibandingkan penutupan perdagangan Rabu.
Ke depannya, harga emas diperkirakan akan ambrol hingga US$ 100 ke kisaran US$ 1.800/troy ons, seandaianya Rusia dan Ukraina akhirnya berdamai.
"Dalam jangka pendek emas masih akan berfluktuasi dan merespon perkembangan Rusia dengan Ukraina. Pasar seharusnya mengabaikan pernyataan Rusia sampai serangan benar-benar dihentikan," kata Bernard Dahdah, analis logam mulia di Natixis, sebagaimana dilansir Kitco, Kamis (30/3/2022).
Namun, Dahdah memperingatkan jika daya tarik emas karena perang Rusia dengan Ukraina kini mulai meredup.
"Agar harga emas bisa naik lagi, perang Rusia dengan Ukraina perlu tereskalasi, dan saya tidak melihat itu akan terjadi kecuali Rusia memutuskan menggunakan komoditasnya sebagai senjata dan memutus ekspor minyak dan gas ke Eropa. Dalam jangka pendek saya melihat emas akan turun" tambahnya.
Meski Dahdah memprediksi emas akan turun ke kisaran US$ 1.800/troy ons, tetapi ia juga melihat tidak akan merosot lebih dalam lagi. Sebabnya, inflasi yang tinggi menjadi penahan penurunan emas.
Emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Ketika inflasi terus menanjak, maka permintaannya akan meningkat.
pelaku pasar hari ini menanti rilis data inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) Amerika Serikat malam ini.
Inflasi PCE merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter.
Di bulan Januari, inflasi ini tumbuh 6,1% (year-on-year/yoy), dan inflasi inti PCE sebesar 5,2% (yoy) tertinggi sejak 1983. Sementara untuk bulan Februari yang akan dirilis malam ini, berdasarkan hasil polling Reuters inflasi inti PCE diperkirakan melesat 5,5% (yoy).
Hal ini bisa semakin menguatkan ekspektasi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menaikkan suku bunga 50 basis poin di bulan Mei, hal tersebut bisa menekan harga emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alon-alon Waton Kelakon, Harga Emas Naik Terus Nih!
