Kurs Yen Kelewat Murah, Pemerintah Jepang Siaga Satu!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 March 2022 16:10
FILE PHOTO: A Japan Yen note is seen in this illustration photo taken June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang perlahan mulai bangkit pada dalam dua hari terakhir baik melawan dolar Amerika Serikat (AS) maupun rupiah. Sebelumnya yen mengalami kemerosotan parah sampai pemerintah Jepang menyebutnya "buruk".

Pada perdagangan Kamis (31/3/2022), yen diperdagangkan di kisaran JPY 121.61/US$, menguat 0,19% di pasar spot. Sementara dalam dua hari sebelumnya penguatannya tercatat lebih dari 1,6%.

Melawan rupiah, yen ditransaksikan di kisaran Rp 118,06/JPY, menguat 0,31% siang ini. Dalam dua hari terakhir penguatannya sekitar 1,8%.

Di awal pekan ini, kurs yen sempat jeblok hingga menyentuh JPY 125/US$ yang merupakan level terlemah sejak Juni 2015. Sepanjang bulan Juni hingga ke level tersebut, kurs yen merosot nyaris 10%.

Melawan rupiah juga sama, Rp 114/JPY, terlemah sejak Januari 2017, dan sepanjang Maret merosot lebih dari 8%.

Terpuruknya kurs yen tersebut membuat Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki angkat bicara.

"Pemerintah akan terus mengamati pergerakan mata uang untuk mencegah penurunan yen yang buruk dan dapat berdampak negatif pada perekonomian," kata Suzuki, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (29/3/2022).

Suzuki juga mengatakan pelemahan yen bisa berdampak positif bagi eksportir Jepang, tetapi akan berdampak buruk bagi rumah tangga dan menjadi beban, apalagi saat ini sedang menghadapi kenaikan harga energi. Ia menyebut stabilitas yen menjadi sangat penting.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Hirokazu Matsuno, juga memperingatkan jika pelemahan kurs yen yang terlalu cepat tidak diinginkan, dan mengatakan ia akan mengawasi pasar dengan "a sense of urgency"

Pasca pernyataan tersebut, kurs yen mulai bangkit. Tetapi analis memperingatkan risiko berlanjutnya kemerosotan yen masih akan berlanjut, dan intervensi verbal saja tidak cukup.

"Benar, laju pelemahan yen terakselerasi dan membuat pemerintah khawatir akan penurunan yang berlebihan. Peringatan yang diberikan pemerintah tidak memberikan perubahan yang signifikan. Birokrat di Kementerian Keuangan harus waspada sebab intervensi verbal saja tidak akan cukup untuk membuat yen berbalik arah," kata Masafumi Yamamoto, kepala strategi mata uang di Mizuho Securities, sebagaimana diwartakan Reuters.

Jebloknya yen tak lepas dari aksi bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang meredam laju kenaikan yield obligasi. Seperti diketahui, BoJ memiliki kebijakan yield curve control (YCC), dimana yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun dipertahankan di dekat 0%.

Yield tersebut perlahan sedang merangkak naik hari ini sempat menyentuh 0,251% yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2016. BoJ pun bertindak dengan membeli obligasi guna meredam kenaikan yield tersebut. Artinya, likuiditas perekonomian kembali bertambah, dan yen pun melemah.

Selain itu, BoJ akan jauh tertinggal dari bank sentral utama dunia lainnya, termasuk dengan Bank Indonesia (BI) dari segi normalisasi kebijakan moneter.

BoJ sampai saat ini terus memberikan sinyal tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun depan. Sementara bank sentral AS (The Fed) akan sangat agresif menaikkan suku bunga di tahun ini, dan BI juga diprediksi akan menaikkan suku bunga di semester II-2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sayonara Yen! Semua karena Ekonomi Jepang Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular