
Bos BRI: Meski Krisis, Tidak Mungkin Tidak Mengucurkan Kredit

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat tingkat kredit macet atawa non performing loan 3,08% sepanjang tahun lalu.
Level ini memang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata NPL industri perbankan, 3%. Namun di sisi lain, level ini menunjukkan komitmen BBRI untuk terus mengembangkan sektor UMKM melalui kucuran kredit.
"Kami memang sedikit lebih tinggi, tapi ini karena krisis sehingga ada bank yang tidak berani memberikan kredit sehingga NPL rendah. Sementara, kami yang memang fokusnya di sektor UMKM tidak mungkin tidak memberikan kredit meskipun saat krisis sekalipun," ujar Sunarso, Direktur Utama BBRI saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (30/3/2022).
Toh, meski sedikit lebih tinggi, indikator utama keuangan BBRI masih mengungguli rata-rata industri. Untuk net interest margin (NIM) atau margin pendapatan bunga bersih misalnya, BBRI tercatat mencapai 6,89%. Sedangkan rata-rata industrinya hanya 4,51%.
Selanjutnya, loan to deposit ratio (LDR) BBRI juga mencapai 83,7%. Sementara, LDR rata-rata industri sekitar 77%.
"Itu memang belum agresif, tapi LDR kami masih di atas rata-rata industri," tandas Sunarso.
Return on asset (ROA) BBRI juga mencapai 2,72%, di atas rata-rata industri, 1,84%.
BBRI memang kuat di segmen mikro. Ini tercermin dari porsi penyaluran kredit ke sektor ini dibandingkan dengan sektor lainnya.
Semula, porsi penyaluran kredit BBRI ke sektor UMKM berkisar 74% dan perlahan naik menjadi 77%. Tahun lalu, porsinya sebesar 80% bank only.
Jika digabung dengan PNM dan Pegadaian, maka porsi kredit segmen mikro sebesar 83%.
"Kami tidak berhenti di sini karena kami melihat pada 2024 porsi UMKM bisa jadi 84%," imbuh Sunarso.
"Bukan berarti penyaluran kredit ke segmen lain lemah, tetap sama kuat. Namun, kami memang kuat di segmen mikro," sambung Sunarso.
(dhf/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BRI Siapkan Layanan Penukaran Uang Selama Ramadan