Rusia-Ukraina Siap Damai, Harga Minyak Ambrol Nyaris 7%!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 March 2022 07:35
Seorang prajurit Ukraina berdiri di sebuah gedung yang rusak berat akibat serangan rusia di Stoyanka, Ukraina
Foto: Seorang prajurit Ukraina berdiri di sebuah gedung yang rusak berat di Stoyanka, Ukraina, Minggu (27/3/2022). (AP Photo/Vadim Ghirda)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia ambles pada perdagangan pagi ini. Perkembangan konflik Rusia-Ukraina masih menjadi latar belakang penggerak harga si emas hitam.

Pada Selasa (23/9/2022) pukul 06:45 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 112,48/barel. Ambles 6,77% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 105,96/barel. Anjlok 6,97%.

Meredanya bara perang di Ukraina membuat harga minyak terkoreksi. Dilaporkan bahwa Rusia sudah menarik sebagian pasukannya di Ukraina.

Mengutip CNBC International, Wali Kota Slavutich mengatakan pasukan Rusia telah meninggalkan kota setelah melakukan sejumlah survei. Slavutich adalah tempat bekas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl yang sudah beberapa minggu diduduki tentara Negeri Beruang Merah.

"Mereka menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka lakukan," kata Wali Kota Yuri Fomichev dalam sebuah unggahan video kantor berita setempat.

"Mereka mensurvei kota. Hari ini mereka selesai melakukannya dan meninggalkan kota. Tidak ada (tentara Rusia) di kota sekarang. "

Hal sama juga dikatakan angkatan bersenjata Ukraina di Kyiv. Beberapa pasukan Rusia telah ditarik dari wilayah itu ke negara tetangga, Belarusia.

"Penarikan unit individu dari komposisi Distrik Militer Timur (Rusia) berlanjut," kata angkatan bersenjata Ukraina dalam pembaruan Facebook.

Halaman Selanjutnya --> Minyak Rusia Kembali Masuk Pasar?

Perdamaian antara Rusia-Ukraina sepertinya sudah di depan mata. Kremlin memberi konfirmasi bahwa pembicaraa damai akan berlanjut pekan ini di Turki.

Perang Rusia-Ukraina sempat membuat harga minyak melambung, bahkan mencatat rekor. Maklum, Rusia adalah salah satu pemain utama di pasar minyak dunia. Serangan ke Ukraina membuat Rusia dijatuhi sanksi oleh Amerka Serikat (AS), yang salah satunya adalah larangan ekspor minyak.

Namun dengan perkembangan ini, yang mengarah ke gencatan senjata, ada harapan hubungan Rusia dengan negara-negara Barat bisa dipulihkan. Dengan begitu, minyak Rusia bisa kembali masuk ke pasar dunia sehingga kelangkaan pasokan bisa teratasi dan harga lebih terkendali.

Selain itu, pekembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di China juga ikut melemahkan harga minyak. Pandemi yang kembali mengganas di Negeri Tirai Bambu membuat sejumlah wilayah menerapkan karantina wilayah alias lockdown.

Padahal China adalah negara importir minyak terbesar dunia. Lockdown akan membuat permintaan energi berkurang, termasuk minyak.

"Kekhawatiran lockdown akan meluas menyebabkan permintaan minyak turun sehingga harga mengikuti," ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates yang berbasis di Houston (AS), seperti dikutip dari Reuters. Bjarne Schieldrop, Analis Komoditas SEB, menambahkan lockdown akan membuat perminyaan minyak di China pada April mendatang turun 800.000 barel/hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular