Mumpung Murah, Direksi Borong Saham UNVR, Mau Ikutan?

Putra, CNBC Indonesia
29 March 2022 07:45
FILE - A view of a Unilever logo, displayed outside the head office of PT Unilever Indonesia Tbk. in Tangerang, Indonesia, Tuesday, Nov. 16, 2021. Unilever, which makes Vaseline skin care products and Ben & Jerry’s ice cream, says it's laying off 1,500 staff as part of a company-wide restructuring. The proposed changes mean that senior management jobs will be cut by about 15% while junior management roles will be reduced by 5%, it said Tuesday Jan. 25, 2022. The London-based consumer goods giant employs 149,000 people globally.  (AP Photo/Tatan Syuflana, FIle)
Foto: Unilever (AP/Tatan Syuflana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat harga saham emiten konsumen PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengalami tren penurunan, salah seorang direksi justru memanfaatkan momentum ini untuk menambah kepemilikan.

Ainul Yaqin, salah seorang direktur tercatat melaporkan pembelian saham UNVR pada 24 Maret 2022. Jumlah saham UNVR yang dibeli oleh Ainul Yaqin sebanyak 296.000 lembar berdasarkan dokumen keterbukaan informasi BEI.

Ainul membeli saham UNVR di harga Rp 3.380/saham. Artinya jumlah modal yang dikeluarkan untuk pembelian saham UNVR mencapai Rp 1 miliar. Total kepemilikan saham UNVR Ainul bertambah dari sebelumnya 42.200 menjadi 338.200.

Dengan begitu Ainul Yaqin menjadi salah satu dari 3 bos UNVR yang memiliki saham emiten dengan berbagai produk personal care ini selain Willy Saelan dan Hernie Raharja.

Seperti diketahui bersama, UNVR merupakan salah satu saham blue chip yang kinerjanya mengecewakan. Di sepanjang tahun 2022 ini, harga saham UNVR sudah ambles 15,82%.

Jika ditarik ke belakang lebih jauh, nilai kapitalisasi pasar UNVR bahkan tergerus sampai 47,58%. Aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham (stock split) perseroan dengan rasio 1:5 gagal membuahkan hasil.

Harga sahamnya bahkan anjlok hampir 60% pasca stock split dilakukan. Penurunan harga saham UNVR yang terjadi sejak 2018 juga berdampak signifikan bagi investor jangka panjangnya. Pasalnya dalam 10 tahun terakhir, harga saham UNVR turun 10,36%.

Itu artinya hanya butuh waktu 4 tahun (sejak 2018) untuk menggerus seluruh apresiasi harga saham UNVR yang telah terjadi selama 6 tahun (sejak 2012).

Karakteristik industri yang bergerak di sektor defensive, perusahaan yang sudah mature dan sulit untuk tumbuh dengan pesat hingga kinerja perseroan yang akhir-akhir ini mengecewakan serta berbagai sentimen negatif di pasar membuat kinerja harga saham UNVR terpuruk.

Pada tahun 2021, UNVR membukukan pendapatan (top line) senilai Rp 39,55 triliun atau turun 8% dibandingkan pada tahun 2020 yang mencapai Rp 42,97 triliun.

Penurunan pendapatan UNVR disebabkan oleh turunnya pendapatan dari segmen Home & Personal Care (HPC). Sebagai informasi kontribusi segmen ini pada 2021 mencapai Rp 26,38 triliun atau hampir 67% dari total pendapatannya setahun.

Pendapatan segmen HPC pada 2021 turun 12% menjadi dibandingkan dengan 2020 yang mencapai hampir Rp 30 triliun. Sementara itu segmen bisnisnya yang lain yaitu di Foods & Refreshment hanya mampu tumbuh minimalis 1,5% saja dari Rp 12,98 triliun pada 2020 menjadi Rp 13,17 triliun.

Meskipun terjadi penurunan di berbagai pos beban biaya baik untuk operasional maupun bahan baku, laba bersih UNVR tercatat ambles hampir 20% dari Rp 7,16 triliun pada 2020 menjadi Rp 5,76 triliun pada 2021.

Persaingan pasar yang semakin ketat ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 turut menjadi faktor yang berdampak pada kinerja perseoran.

Di tahun 2022, gempuran yang dihadapi UNVR belum juga usai. Adanya kenaikan bahan baku terutama untuk minyak dan CPO menjadi faktor lain yang patut menjadi cermatan. Namun dalam merespons tantangan tersebut, UNVR sudah menyiapkan strategi.

Dalam laporan riset PT BRI Danareksa Sekuritas, UNVR dilaporkan sudah mulai menaikkan harga berbagai produknya rata-rata sampai 6% hingga bulan Februari lalu.

Laporan riset tersebut juga menyebut bahwa kontribusi biaya bahan baku berupa minyak dan CPO hingga produk turunan serta kemasan berkontribusi sebesar 15% dari HPP UNVR. Selain menaikkan harga produk, strategi lain yang ditempuh oleh UNVR adalah dengan mengamankan pasokan raw material sampai semester I tahun ini.

Natalia Susanto analis sektor konsumen yang juga mengcover saham UNVR mengatakan bahwa penurunan harga saham UNVR sudah masuk fase bottoming dan memberikan rating BUY atas saham ini dengan target harga di Rp 4,300/saham.

Berdasarkan konsensus analis yang dihimpun Refinitiv, pandangan analis pun terbelah. Sebanyak 2 analis memberikan rekomendasi strong buy, 4 memberikan rating buy, 8 analis merekomendasikan hold, dan 5 memberikan rating sell. Namun median target harga saham UNVR masih dipatok di Rp 4.050/saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular