Jakarta, CNBC Indonesia - Penawaran umum perdana saham (IPO) merupakan langkah awal bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya dari dana investor publik yang berhasil dikumpul.
Meski salah satu metode penggalangan dana ini sering dikaitkan dengan perusahaan baru atau perusahaan rintisan (startup) yang didanai modal ventura, IPO juga tidak jarang dilakukan oleh perusahaan lama dengan valuasi besar dan profitabilitas tinggi, salah satunya tentu untuk melakukan ekspansi bisnis yang lebih luas.
Tahun ini bursa IPO global memang cenderung sepi, salah satunya karena performa buruk dari menjamurnya IPO dua tahun ke belakang. Akan tetapi setidaknya ada enam IPO yang cukup menarik untuk diperhatikan tahun ini, termasuk raksasa teknologi asal Indonesia.
Dilansir Rest of World tahun ini akan ada lebih banyak IPO di luar AS setelah raksasa ride-hailing China Didi dihapuskan dari NYSE pada bulan Desember, dengan perusahaan China sukses raksasa berikutnya diperkirakan akan memilih untuk listing di bursa Hong Kong atau Shanghai ketimbang di New York.
Selain itu, bursa regional lain seperti Mumbai hingga Jakarta (BEI) telah mengubah beberapa aturan mereka dengan harapan menarik lebih banyak perusahaan kelas atas atau profil tinggi.
Berikut daftar enam IPO global yang paling ditunggu tahun ini:
1. GoTo (Indonesia)
-Investor Utama: Tencent, Temasek, Otoritas Investasi Abu Dhabi
-Valuasi yang diharapkan: US$ 25 hingga 29 miliar
Tahun 2021 lalu investor Indonesia menjadi saksi ledakan IPO bursa domestik, dengan Bukalapak akhirnya menjadi pioneer dan cetak biru perusahaan startup teknologi.
Perusahaan raksasa lain siap untuk bersinar dengan perusahaan super raksasa GoTo, yang lahir dari penggabungan raksasa ride-hailing dan pembayaran Gojek dan situs e-commerce Tokopedia, akan segera diperdagangkan publik.
Akhir pekan lalu, GoTo telah menyelesaikan periode book building, dan pekan depan akan masuk fase penawaran perdana setelah perusahaan menetapkan harga penawaran awal.
Sebelumnya rentang harga yang ditawarkan berada di angka Rp 316 - Rp 346 dengan dana maksimal yang bisa dikumpulnya nyaris mencapai Rp 18 triliun yang mana menempatkan valuasi perusahaan berada di kisaran US$ 25-29 miliar.
Setelah di Jakarta, perusahaan juga akan melaksanakan penawaran sekunder di AS. GoTo menutup putaran penggalangan dana pra-IPO senilai US$ 1,3 miliar pada November 2021 yang mencakup para investor internasional kelas kakap, seperti Tencent, Temasek, Google, dan Otoritas Investasi Abu Dhabi.
Dalam IPO kali ini BEI juga untuk pertama kalinya mengimplementasikan aturan baru terkait hal suara multipel yang selama ini menjadi perhatian utama investor dan para pelaku bisnis rintisan.
2. Rappi (Kolombia)
-Investor utama: Sequoia Capital, Andreessen Horowitz, SoftBank Vision Fund
-Pendanaan yang terkumpul hingga saat ini: US$ 2,7 miliar
Meskipun unicorn logistik yang berfokus pada pengiriman mil terakhir asal Kolombia melakukan PHK besar-besaran pada tahun 2020 dan memperoleh keluhan atas layanan yang buruk tahun lalu, ketergantungan yang tumbuh pada pengiriman selama pandemi virus corona pada akhirnya mampu memberikan dorongan dan nafas yang lebih panjang bagi Rappi.
Perusahaan mengumpulkan lebih dari US$ 500 juta dalam pendanaan selama tahun 2021. Memanfaatkan momentum itu, salah satu eksekutif perusahaan mengatakan kepada wartawan pada konferensi tahun lalu bahwa startup yang didukung SoftBank akan melakukan IPO pada paruh pertama tahun 2022, meskipun perwakilan perusahaan mengatakan itu hanya pandangan pribadi dari eksekutif tersebut.
Rappi saat ini beroperasi di sembilan negara dan bernilai lebih dari US$ 5 miliar. Rappi bergantung pada lebih dari 150.000 kontraktor/mitra, banyak di antaranya adalah migran Venezuela, untuk tidak hanya mengirimkan barang seperti bahan makanan, tetapi juga menawarkan beragam hal lain.
Perusahaan juga sudah menawarkan beberapa layanan keuangan di Kolombia, Meksiko, Brasil, Peru, dan Chili dan memiliki rencana untuk memperluas ke layanan perbankan penuh.
3. Gympass (Brasil)
-Investor utama: General Atlantic, SoftBank Vision Fund
-Pendanaan yang terkumpul hingga saat ini: US$ 525 juta
Startup kesehatan B2B yang didirikan di Brasil dan kini berkantor pusat di kota New York, awalnya berjuang selama pandemi karena para konsumen tidak bisa keluar dan terpaksa tinggal di rumah.
Tetapi dengan vaksinasi yang meningkat, tahun 2021 Gympass bangkit lebih kuat, mengalahkan angka pra-pandemi dengan 4 juta check-in bulanan di seluruh jaringannya dan memperluas penawaran di seluruh wilayah Meksiko dan AS.
Perusahaan yang didukung SoftBank ini sekarang bernilai lebih dari US$ 2 miliar. Gympass merupakan satu dari sekian banyak perusahaan rintisan yang kian menjamur di Brasil. Pada 2019, hanya ada empat perusahaan teknologi terdaftar di Brasil. Pada pertengahan 2021, jumlah itu naik menjadi 16.
Tahun lalu perusahaan bank digital asal Brasil Nubank, menjadi perusahaan keuangan paling berharga di Amerika Latin dengan valuasi mencapai US$ 41 miliar setelah listing di NYSE pada Desember 2021.
4. Flutterwave (Nigeria)
-Investor utama: Y Combinator, Tiger Global
-Perkiraan penilaian minimum: US$ 1 miliar
Di Nigeria, fintech telah mendominasi pendanaan startup sejak 2019, ketika US$ 350 juta mengalir ke tiga fintech dalam satu minggu. Sejak saat itu, perusahaan jasa keuangan digital semakin sibuk melayani 36% orang dewasa yang tidak memperoleh akses dari sistem keuangan formal.
Perusahaan pembayaran Flutterwave telah melakukan serangkaian kemitraan untuk mempermudah pembayaran, termasuk berinvestasi di perusahaan rintisan pembayaran regional, seperti CinetPay, dan kolaborasi dengan PayPal, yang memungkinkan pedagang di seluruh Afrika menerima pembayaran dari mana saja di dunia.
Pesohor Nigeria Wizkid, yang dikenal karena bekerja bersama artis besar seperti Drake dan Beyoncé, juga masuk sebagai duta merek.
Flutterwave memang ramai diisukan terkait kemungkinan daftar di AS, apalagi setelah pembayaran digital di Nigeria melonjak tajam, melampaui US$ 256 miliar pada tahun 2019.
Meski demikian bursa lokal di Lagos (NGX) juga melonggarkan beberapa aturan tahun lalu dalam upaya untuk mendorong lebih banyak perusahaan mempertimbangkan untuk mendaftar di sana, meskipun sejauh ini belum menarik banyak peminat.
5. Swiggy (India)
-Investor utama: Y Combinator, Tiger Global
-Perkiraan penilaian: US$ 10,7 miliar
Startup pengiriman makanan Swiggy merupakan pesaing utama yang akan melakukan IPO di India tahun ini. Tahun lalu, pesaing Zomato ini menutup putaran penggalangan dana senilai US$ 1,5 miliar, yang dipimpin oleh Vision 2 Fund SoftBank, dan Masayoshi Son sendiri telah menyatakan keyakinannya bahwa penawaran Swiggy akan memberikan pengembalian yang baik.
Akan tetapi jika kinerja post-listing raksasa pembayaran Paytm yang mengecewakan adalah indikator utama, tidak dapat dipastikan berapa banyak perusahaan yang akan bergegas dan buru-buru untuk IPO, apalagi setelah ada aturan baru dari regulator setempat.
Setelah dibanjiri lebih dari 100 perusahaan, banyak di antaranya masih tidak menguntungkan tetapi bergegas untuk mencatatkan saham di Mumbai pada tahun 2021, Securities and Exchange Board of India (SEBI) memperketat pembatasan untuk mengerem tren tersebut.
Perusahaan raksasa seperti pengiriman makanan Zomato, dan platform pembayaran Paytm menjadi berita utama tahun lalu setelah berhasil melakukan IPO. Tetapi kegembiraan tidak berlangsung lama dengan kinerja saham yang langsung jatuh seketika.
Alhasil SEBI mulai memberlakukan aturan baru yang mana jika semula investor awal hanya diwajibkan memegang saham perusahaan selama sebulan, kini waktu penguncian ditambah menjadi 3 bulan bagi setidaknya setengah jumlah saham yang dimiliki. Artinya kini investor awal hanya dapat menjual maksimal 50% saham yang dimiliki 3 bulan pasca IPO.
6. Xiaohongshu (China)
-Investor utama: GGV Capital, Tencent, Temasek, Alibaba
-Penilaian yang diharapkan pada IPO: US$ 18 miliar
Jika e-commerce adalah negara, maka China layak menjadi Ibu kota. Jika sebelumnya China melahirkan banyak perusahaan e-commerce raksasa seperti Alibaba dan JD, kini ada perusahaan baru yang berpotensi untuk meramaikan pasar tersebut, meski tidak bertarung secara langsung.
Platform media sosial berbasis gambar Xiaohongshu - yang secara harfiah berarti buku merah kecil - memungkinkan pembeli tidak hanya untuk berbagi gambar yang dikurasi dan konten gaya hidup tetapi juga untuk postingan ulasan produk.
Perusahaan kini telah menjadi tujuan e-commerce teratas dan mengklaim lebih dari 200 juta pengguna aktif bulanan dan penilaian lebih dari US$ 18 miliar.
Karena regulator China meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan yang terdaftar di luar negeri, yang mana kini mengharuskan perusahaan dengan data lebih dari satu juta pengguna China untuk menjalani tinjauan keamanan yang ketat, perusahaan diharapkan untuk mendaftar di bursa Hong Kong.
Saat ini perusahaan China yang ingin listing di AS disaring dari dua sisi. Selain aturan berat di China, Komisi Sekuritas dan Bursa AS juga telah mengupayakan pengawasan dan akses yang lebih ketat ke perusahaan-perusahaan China yang terdaftar di AS.